Dec 30, 2012

Yogyakarta yang Sangat "Merdeka"

Berkunjung ke Yogya pada saat libur menghadirkan 2 pengalaman yang mungkin bertolak belakang. Satu sisi menyajikan penampilan Yogya sebagai kota turis yang maksimum, sedangkan disisi satunya menghadirkan berbagai "antrian" baik dalam arti fisik maupun psikis. Salah satu contohnya adalah susahnya mencari hotel.

Tanggal 24 sampai 29 Desember lalu, saya berkesempatan melakukan kegiatan ke kota yang terkenal dengan "kemerdekaan" berekspresinya. Dan hampir kebanyakan hotel disisi Malioboro, mulai hotel Mutiara, Garuda, Ibis dimana kami seharusnya berkegiatan, sudah sejak jauh hari di booking. Kalaupun ada hotel berbintang diseputaran pusat keramaian, yang masih adapun tinggal kelas tertinggi diatas 1,8 jutaan per malam.

Karena putus asa mencari hotel dengan jawaban reseptionis yang selalu penuh, akhirnya kami minta tolong rekanan kami di sono untuk membookingkan hotel yang setempat dengan kegiatan kami. Dan akhirnya dapatlah kami sebuah hotel yang mungkin baru ditelinga kita, Grand Dafam Merapi Merbabu, di jalan Suteran Raya, Sleman. Hanya karena acara kami dipindah ke hotel itu, maka akhirnya kami mengokekan untuk tinggal disana.

Bayangan jauh dipusat kota terus manghantui, apalagi ketika kami melihat di Google Map, ternyata lokasi tersebut jauh dari pusat kota.Rekan saya sempat nyeletuk, kok yo ada hotel di sini ya, sambil melihat google map???. Sesampai di hotel, belum sempat hilang bayangan miring kami, sudah  ada sedikit masalah dengan kamar kami, karena tidak sesuai dengan pesanan, dan terpaksa upgrade!.

Kami agak sedikit terhibur manakala, ketika sesampai disana sekitar jam 21.00, ternyata di sepanjang jalan di  hotel tersedia berbagai warung, restauran dan toko-toko swalayan, tidak kalah dengan Malioboro, bahkan mungkin lebih tenang dan masih "murni". Padahal selepas turun dari Lion yang sempat tertunda satu jam menjadi jam 19.15 terbang menuju Yogya, segala jenis restauran di Bandara sudah tutup atau kalaupun masih ada satu nasi padang yang buka tinggal ikan sama ayam saja lauknya....

Malam pertama, kami nikmati jalan suteran dengan makan penyetan tempe, dan bebek penyet, serta burung penyet dengan suguhan sambal yang belum pernah kami coba yaitu sambal "Dancuk". Dancuk adalah kata makian, yang di Jawa Timur tidak berarti makian. Namun sampai selesai makan saya belum paham kenapa sambalnya dinamai dengan Dancuk. Sempat saya katakan kepada penjualnya, bahwa kalau nanti sambalnya nggak enak, anda bisa saya maki-maki... hehehehe.. . Hmmm, Yogyakarta yang sangat "Merdeka"

Mengunjungi Yogya untuk yang kesekian kalinya, tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Ya seperti itu, perasaan sejak dulu. Jalanan masih mengakomodir becak, dokar. Sepanjang trotoar, selepas maghrib disulap menjadi tempat berjualan yang asyik. Baik makanan, maupun jualan hiburan lain semacam sepeda lampu diseputaran alun-alun. Beberapa kali saya lihat halaman warung diubah menjadi panggung menyanyi, selain satu yang saya lihat di Malioboro. Sebuah Yogya yang sangat "Merdeka".

Anda ke Yogya tanpa jalan ke Malioboro, terasa belum sah. Makanya saya sempatkan beberapa kali menyusuri jalanan Malioboro, termasuk Mirota nya Mbok Raminten. Dari ingatan tua saya, sejak pertama kali ke Yogya ya jalanannya Malioboro  tetap seperti itu. Termasuk gedung BNI nya ya sama. Jalanan yang memberi banyak saya kenangan, termasuk sepatu baru saya yang pernah hilang saat saya tinggal sholat di musholla stasiun... hehehehe.

Disana saya sempatkan masuk ke Mall Malioboro untuk mencari pesanan, dan ngopi di Excelso. Terus terang saya lebih marem ngopi di mall daripada di warung sepanjang Malioboro. Mungkin karena saya termakan oleh isu, bahwa pedagang disana kadang sembarangan dengan harga.

Bersama salah satu adik mahasiswa yang pernah PKL di Bontang, kami dipandu untuk mengeksplore lebih dalam tentang Yogya. Kami mulai dari gudeg Yu Jum ujung yang dikatakan favorit. Untuk memenuhi rasa penasaran kami tidak lupa untuk mencicipi Kopi Joss Lek No, diseberang rel kereta api. Klaimnya, ini adalah kopi joss pertama sebelum dicontrek oleh kopi joss yang lain. Wallahu alam. Yang jelas, kopi yang diisi arang ini betul-betul mengusir kantuk saya akibat kekenyangan setelah makan mie nyemek-nyemek Bu Giyo. Kopi joss, dari rasanya,  tidak berbeda jauh dengan kopi normalnya orang jawa yang cenderung kamanisan. Mungkin ada sedikit sensasi rasa karena ada arangnya, dan juga karena sekali-kali kita akan ngremus arang kecil yang ikut termakan. Anggap saja pil nurid untuk sakit perut... hahaha..

Lain halnya dengan mie nyemek2 Bu Giyo yang karena campuran telur bebeknya memberi rasa lain. Meski mejanya miring karena ternyata lantainya juga nggak rata, soalnya kalau siang ternyata warung tersebut adalah bengkel, namun rasanya kondisi tersebut malah membuatnya makin membikin penasaran pelanggan.. hehehehe. Saya betul betul merasakan enaknya mie tersebut.

Yang tak kalah "merdeka" nya adalah sate klatak ke arah Bantul. Awalnya saya ragu mau memesan sate ini, karena menurut pembelinya, sate klatak adalah sate tanpa bumbu, hanya dengan garam semata. Tapi kapan lagi mau nyoba, dan ternyata tenan ueeennnnaakkkkk. Mungkin karena nggak pernah merasakans ate model ini, karena sate yang saya kenal selama ini adalah sate Padang, Sate Madura, Sate Jawa yang semuanya berbumbu tebal. Disuguhi sate klatak, yang sederhana dan telanjang, membuat lidah terasa merasakan dunia lain... Lagi-lagi sebuah Yogya yang "Merdeka"..

Kesan keseluruhan kunjungan saya ke Yogya kali ini, benar-benar sangat mendalam. Kesan terbesar bahwa Yogya adalah sebuah kota yang berbeda dari kota sejenis. Dia hampir sama dengan Malang atau Bandung yang merupakan kota tujuan mahasiswa. Namun satu hal yang membedakan Yogya dengan mereka adalah kemerdekaannya dalam mengekspresikan ide-ide nakalnya. Seakan apapun yang ada dibenak kawula Yogya semuanya bebas merdeka untuk diungkapkan, diwujudkan dalam bentuk sate klatak, kopi joss, mie nyemek-nyemek Bu Giyo, bakpia Raminten; dimana saat pertama turun bandara foto Raminten yang agak aneh sudah menyedot komentar, Gudeg Yu Jum atau gudeg lainnya, sambal Dancuk, sepeda berlampu dan lain-lainnya.

Sebuah "Kemerdekaan" yang patut terus dipelihara!!!. Yogya, kulo badhe balik maleh, kapan-kapan! hehehehe.

Dec 23, 2012

Melepaskan Ketakutan

Adalah sebuah hal wajar, saat akan mengambil tindakan kita dibayangi oleh kekawatiran dan ketakutan. Tidak harus dalam mengambil keputusan besar, misalnya dulu kenapa saya harus menunda-nunda keberangkatan haji, antara lain takut anak masih kecil, takut kalau kecelakaan dan tidak kembali, lantas bagaimana nasib keluarga dan lain-lain. Atau saat dulu saya memutuskan menikah muda, banyak ketakutan yang menghadang misalnya nanti gimana untuk belanja keluarga, lantas kalau punya anak, terus bagaimana, dan lain-lain dan sebagainya.

Bahkan untuk urusan kecil pun, kita sering dihantui ketakutan dan kekawatiran.
Dua minggu terakhir ini, salah satu contohnya, saya harus travelling dengan mobil yaitu minggu lalu ke Sangatta sekitar 1,5 jam dari Bontang. Dan tadi siang baru saja pulang dari Samarinda sekitar 2,5 jam perjalanan. Pertama banyak pertimbangan yang menahan semangat saya untuk bepergian. Misalnya kuatirnya jalannya rusak, sehingga kemungkinan mobil bisa rusak di jalan. Atau kedua, jalur tersebut termasuk jalur maut, sehingga tidak semudah bepergian di jalur jawa. Atau kekawatiran-kekawatiran yang lain.

Namun percaya saya, dengan sedikit keberanian dan kenekatan, ternyata kita memang perlu melepaskan ketakutan-ketakutan dipikiran kita. Paling tidak yang terjadi dengan saya. Meski terakhir saya ke Samarinda nyopir sendiri sekitar 2 tahun lalu, tapi pengalaman nyopir ke Sangatta dan Samarinda 2 minggu terakhir ini, ditengah pergumulan adrenalin yang mengasyikkan, ternyata betul-betul membuahkan kesegaran spirit.

Terasa ada yang lepas dari belenggu saat kita berhasil menyalip truk-truk besar yang tidak bisa menanjak ditengah jalan sempit. Seperti terbang rasanya saat efek gravitasi saat kita turun ke lembah dari tanjakan yang tinggi membuat anak-anak menjerit kegirangan, seakan naik roller coaster. Dan puas rasanya bisa sampai di rumah dengan selamat, tanpa kurang apapun baik dari mobil kesayangan dan keluarga.

Jadi, jangan biarkan ketakutan menguasai kita. Mari kita lepaskan ketakutan dengan sekali waktu meladeni/menantang hal-hal yang membuat kita takut... hehehe:)

Menarik Perhatian!

Silahkan dilihat foto ini. Ini bukan rekayasa foto dengan photoshop atau software sejenisnya. This is real.

Sebuah mobil digantung dari ketinggian. Saya tidak sempat melihat ke bawah. Kebetulan malam itu, dalam waktu yang sempit, saya pas makan malam di food court lantai paling atas, sehingga tidak sempat bertanya tentang maksud dan tujuan, ke lantai bawah, dimana saya yakin petugas pasti stand by disana.

Namun satu hal yang pasti, aksi ini pasti terkait dengan  marketing sebuah produk.

Ya, saat ini segala macam cara kreatif dilakukan, ditengah ganasnya kompetisi untuk meraih, mempertahankan, meningkatkan jumlah pelanggan serta memuaskan layanan pelanggan.

Salut atas semua usaha-usaha kreatif tersebut!

Nov 10, 2012

Baitullah

Dihadapanmu,
Kiblat kemana kutujukan arah Sholatku,
Tak mampu kulepaskan pandangku

Bahkan dalam terpekur
Tak mampu kulepaskan pandangku

Lewat sorot mataku, di dekatmu dalam keheningan,
Kumintakan ampun atas semua angkuhku kepada Sang Pencipta
Kutumpahkan semua galauku
Kugumamkan semua pintaku
Kucurahkan semua sedihku
Dan kubisikkan semua takut serta khawatirku kepada Sang Pencipta

Sesaat kutinggalkan
Tak mampu kutahan untuk melihatmu.

Mendekati dan memandangmu
Kurasakan pula dekatnya diriku dengan Sang Pencipta
ditengah riuh suara dan tangan yang ingin merengkuhmu,
Kutemukan sepi, hening dan dekatnya diriku dengan Sang Pencipta

Oh Baitullah,
Sejak kusampaikan salam perpisahanku padamu,
Serasa kau tak pernah lepas dari rinduku,
Teriring syukurku kepada Allah SWT, Dzat Yang Memilikimu,
Tak lupa kupanjatkan do'a kepada Nya, agar dapat kujumpai kembali engkau disuatu waktu...
Amiin Ya Rabbal Alamin...

Nov 7, 2012

Sambutan Haji

Mungkin banyak yang kesulitan mencari contoh sambutan pelepasan haji, seperti pengalaman saya. Oleh karena itu, mumpung saya mempunyai file sambutan tersebut, terlampir saya share. Mudah2an membantu.

http://www.ziddu.com/download/20824348/PidatoHaji1.pdf.html

Jul 18, 2012

The Gold for Green


(COMDEV Success Story PT Badak NGL dalam meraih PROPER GOLD 2011)

Perkembangan Bontang menjadi Kotamadya membuat visi dan misi serta imlementasi program Community Development (Comdev) PT Badak NGL berubah dari sebagai agen pembangunan menjadi mitra pemerintah dalam memajukan dan memandirikan masyarakat. Program-program yang awalnya bersifat infrastruktur secara bertahap dialihkan ke program yang bersifat sustainable dan peningkatan kemandirian masyarakat dalam menghadapi era pasca Migas.

Sebagai perusahaan non profit, 70% keuntungan PT Badak NGL masuk ke kas negara dan 30% ke Gas Producers (Total, Vico dan Chevron). Sebagai bentuk komitmen perusahaan pada pemberdayaan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, dalam anggaran operasional perusahaan selalu mengalokasikan dana Comdev sekitar Rp 9 Miliar setiap tahunnya.

Perencanaan Program-program Community Development
Dalam merencanakan programnya, Comdev melakukan social mapping guna mengetahui potensi maupun permasalahan yang di masyarakat dan dalam rangka sinkronisasi dalam rangka pembangunan daerah, perusahaan juga melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kota Bontang yang salah satunya melalui partisipasi dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang) Kota Bontang.

Perencanaan program menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang menekankan keterlibatan masyarakat dalam memecahkan masalah dan menentukan kebutuhan mereka sendiri. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat (perorangan/kelompok) maupun instansi/lembaga pemerintahan untuk mengajukan proposal dan surat permohonan melalui Communication Section.

Untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam peningkatan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), akses sarana dan prasarana publik, serta kelestarian lingkungan, perusahaan membagi jenis kegiatan Comdev pada tiga kategorisasi program Comdev, yaitu Community Empowerment (CE), Community Services (CS), dan Community Relations (CR). Khusus untuk Community Relations ditangani oleh Stakeholder Management.

Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam program CE adalah Dana Bergulir, Mitra Binaan, serta Pelatihan dan ketrampilan. Program CS meliputi program Pendidikan, Infrastruktur, Kesehatan, Keagamaan, Olahraga, Kesenian, dan Budaya.
Alur Pelaksanaan Community Development PT Badak NGL

















Implementasi dan Evaluasi program

Indikator kinerja program-program Comdev PT Badak NGL mengacu pada peningkatan ekonomi, kualitas SDM, penyediaan akses sarana dan prasarana publik, serta kelestarian lingkungan yang terimplementasi ke dalam enam bidang program unggulan, yaitu kredit modal usaha/ dana bergulir, penggemukan sapi, konservasi & diversifikasi Mangrove, Bank Sampah & 3R, Pembinaan & Sertifikasi Welder, dan Local Business Development (LBD).

1.      Kredit Modal Usaha (Dana Bergulir)

Bertujuan membuka peluang modal usaha dan peningkatan ragam usaha masyarakat. Bekerjasama dengan Bank Dhanarta (konvensional) dan BMT Mitra Amanah (syariah), Comdev PT Badak NGL menggulirkan total dana abadi sebesar Rp2,945 Miliar yang akan dipinjamkan tanpa agunan dan berbunga rendah pada masyarakat. Program yang telah berjalan sejak tahun 2009 ini, berhasil membantu 747 nasabah di beberapa wilayah Kota Bontang dengan tingkat kenaikan penghasilan 75%
















2.      Penggemukan Sapi, Biogas dan Pupuk Organik
Program ini mulai dilaksanakan tahun 2008. Tujuan adalah untuk memasok kebutuhan sapi pedaging dalam rangka Hari Raya Idul Adha dan membantu peningkatan penghasilan para petani di Desa Suka Rahmat (wilayah perbatasan Bontang dan Kutai Timur) dengan memberikan usaha sampingan penggemukan sapi. Melalui program dana bergulir dari BMT Mitra Amanah, para petani mendapatkan sapi bakalan untuk digemukkan dan dijual menjelang Hari Raya Idul Adha. Dengan pembagian hasil penjualan 70% untuk peternak dan 30% untuk BMT Mitra Amanah, setiap tahunnya peternak mendapat penghasilan tambahan rata-rata Rp 3 juta per ekor. Anggota kelompok yang awalnya berjumlah 11 orang kini meningkat menjadi 26 orang.   Usaha penggemukan ini juga melahirkan manfaat baru bagi peternak  yaitu pemanfaatan limbah untuk biogas dan pupuk dari kotoran sapi.

Pengembangan Program:
a.      Instalasi Biogas
Comdev PT Badak NGL membangun Instalasi Biogas sebagai turunan program untuk memanfaatkan kotoran sapi menjadi energi pembangkit listrik bagi warga Desa Suka Rahmat yang belum mendapatkan fasilitas listrik. Dengan memanfaatkan kotoran dari 11 sapi, instalasi biogas menghasilkan 5 ribu watt listrik untuk menerangi 15 rumah selama 5 jam.
b.      Pengolahan Kompos
Limbah buangan Biogas masih dapat dimanfaatkan menjadi kompos. Comdev PT Badak NGL bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Peternakan Kalimantan Timur melakukan pelatihan pembuatan kompos dari limbah buangan Biogas. Kedepannya, pemanfaatan limbah ini akan dikembangkan menjadi usaha pengolahan kompos.



3.      Konservasi & Diversifikasi Mangrove

Usaha pembibitan dan penanaman Mangrove oleh Kelompok Tani Lestari Indah mulai dilaksanakan pada bulan September 2010 melalui pengadaan kelengkapan peralatan pembibitan dan penanaman berupa perahu, pollybag, paranet, dan boot. Program ini mampu meningkatkan produktivitas bibit dari sebelumnya sekitar Rp 50 ribu bibit/bulan menjadi Rp 90 ribu bibit/bulan. Dengan harga jual bibit Rp 2500/batang, pendapatan anggota kelompok tani sekitar Rp 1 juta/bulan. Selain, dengan bertambahnya luas areal mangrove member tambahan pendapatan anggota dan nelayan dari penangkapan ikan, kepiting, tiram, dan kerang-kerangan sekitar Rp 600 ribu/bulan.

Pengembangan Program

a.      Konservasi & Ekowisata Mangrove

Comdev PT Badak NGL mengembangkan program ini dengan perencanaan ke arah kawasan Konservasi dan Ekowisata Pendidikan Mangrove. Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan bersama Dinas Tata Kota, Bappeda, Badan Lingkungan Hidup, dan Dinas Perikanan, Kelautan, dan Pertanian (DPKP) Kota Bontang, disepakati bahwa wilayah konservasi yang dikelola Comdev PT Badak NGL seluas 65 ha di sekitar wilayah Tanjung Laut Indah dan Pulau Kedindingan.

b.      Kelompok Diversifikasi Produk Non Kayu Mangrove
Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kelestarian hutan Mangrove, Comdev PT Badak NGL bekerjasama dengan DPKP Kota Bontang, Kelurahan Tanjung Laut Indah, dan Kelompok Tani Mangrove Wonorejo Surabaya melakukan Pelatihan Diversifikasi Produk Non Kayu Mangrove  kepada anggota Ibu-ibu Kelompok Tani Lestari Indah. Hasilnya berdiri kelompok ibu-ibu pembuat makanan dari buah Mangrove dengan jumlah awal lima orang . Kelompok ini memproduksi teh dari daun Mangrove, dodol, brownies, dan sirup buah Mangrove. Saat ini produksi mereka masih dalam tahap promosi dan menunggu hasil uji kesehatan produk dari Dinas Kesehatan Kota Bontang.
4.      Bank Sampah
Program yang bekerjasama dengan LSM BIKAL (Bina Kelola Lingkungan) ini dibentuk April 2011 dengan  tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah plastik dengan melakukan daur ulang yang memiliki nilai ekonomi. Melalui pelatihan kerajinan produk sampah dan botol plastik yang dilakukan LSM BIKAL, saat ini Bank Sampah telah memiliki 19 orang pengrajin daur ulang yang terdiri dari para ibu rumah tangga. Melalui kerjasama penjulana dengan PNPM Mandiri serta keikutsertaan dalam pameran atau bazaar, produk daur ulang ini telah banyak menerima pesanan. Anggota kelompok yang terdiri ibu-ibu rumah tangga mampu memperoleh penghasilan Rp 400 ribu/bulan dari hasil membuat produk kerajinan












5.      Pelatihan & Sertifikasi Welder

Sejak tahun 2009, PT Badak NGL melakukan pelatihan dan sertifikasi untuk juru las Migas (welder) di Kota Bontang. Sertifikasi yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari kerja ke perusahaan-perusahaan Migas di dalam maupun luar negeri. Perbandingan penghasilan juru las biasa dengan bersertifikat Migas cukup signifikan. Juru las biasa hanya menerima rata-rata Rp 4,5 juta/bln, maka juru las bersertifikasi Migas dapat memperoleh penghasilan rata-rata Rp 10 juta/bln di dalam negeri) dan Rp 25 juta/bln di luar negeri).

6.      Local Business Development (LBD)

Program ini merupakan pemberdayaan pengusaha lokal untuk menjadi supplier yang memasok  kebutuhan material PT Badak NGL dan telah berlangsung sejak tahun 2007. Ada dua sistem pengadaan barang yang diterapkan, yaitu Pembelian Nilai Kecil (PNK) dengan ikatan kontrak dan melalui tender elektronik (E-procurement).

Dimensi keberdayaan muncul saat perusahaan melakukan pelatihan pengisian tender online kepada pengusaha local, dan penyediaan fasilitas warnet bagi pengusaha yang ingin mengikuti tender online serta sharing informasi dan kebijakan melalui pertemuan tahunan antara supplier dan perusahaan.

7.      Indeks Kepuasan Masyarakat
Berdasarkan Laporan Pelaksanaan, Pengelolaan, dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Mulawarman, Samarinda, diketahui bahwa Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) masyarakat Kota Bontang terhadap pelaksanaan Comdev PT Badak NGL mencapai nilai 93%. Ini membuktikan bahwa pelaksanaan Comdev Perusahaan diakui memberi manfaat bagi sebagian besar masyarakat di sekitar Perusahaan


8.      Penghargaan:

1.    Awang Farouk Award 2010; Penghargaan bagi Perusahaan yang peduli dunia pendidikan di Kaltim.

2.    Penghargaan dari Walikota Bontang 2011: Perusahaan yang secara konsisten menjalankan program CSR

3.    CSR Award Gold untuk Program Dana Bergulir bagi Ternak Mandiri 2011

4.    CSR Award Platinum untuk Program Beasiswa “Badak Cerdas” 2011

Jul 7, 2012

3 Malam di Malaysia

Karena harus terbang jam 8:50 pagi ke Malaysia dengan GA 820, maka perkiraan saya, tidak mungkin menginap di tengah kota Jakarta, apalagi saya kebagian Garuda sore dari Balikpapan di tanggal 30 Juni. Untungnya hotel Bandara yang sekarang dinamai dengan Jakarta Airport Hotel, masih mempunyai 2 kamar vacant, untuk saya dan satu keluarga teman saya.

Menginap di hotel bandara ternyata tidak sesepi yang saya bayangkan. Untuk mencari makan malam, ternyata kita cukup turun dari hotel dan langsung masuk ke ruang bandara keberangkatan internasional. Disana tentunya dijajakan banyak makanan dan souvenir. Kecapekan, saya memutuskan sekedar melihat-lihat barang 2 yang dijajakan sambil cuci mata. Sempat ngobrol dengan rekan yang akan terbang ke Shanghai untuk TRM, akhirnya tidak terlalu lama saya pun memutuskan naik untuk persiapan besok pagi.

Jam 04:00 pagi restoran hotel ternyata sudah buka. Saya putuskan makan pagi lebih awal dan langsung check in sekitar jam 06:00. Tidak terlalu sulit untuk pemeriksaan imigrasi, bahkan sekarang saya lihat lebih simple, tanpa fiscal dan isian imigrasi seperti sebelumnya, kami pun akhirnya siap terbang.

Tak lebih  dari 2 jam, kamipun tiba di negeri jiran dan turun di Sepang Airport yang terkenal dengan KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Sebagai info bagi mereka yg belum pernah ke Malaysia, untuk penerbangan budget (murah), turunnya tidak di KLIA, namun LCCT. Tidak terlalu jauh, namun kalau salah departure mungkin agak pusing juga karena beda jarak satu sama lain. Garuda biasanya turun di KLIA terminal satellite C (Kalau ingin lebih jelas silahkan lihat di www.klia.com). Untuk ke main gate guna pemeriksaan imigrasi dan pengambilan bagasi, kita harus naik train. Tidak usah bingung, karena train tersebut turun naiknya hanya di dua tempat yaitu dari main gate dan terminal satellite kedatangan dan keberangkatan. Langsung saja naik, maka otomatis dia akan mengantarkan anda ke main gate, dan dari situ akan dipandu dengan tulisan bahasa melayu yang agak aneh-aneh. Demikian juga nanti berangkatnya, langsung aja naik dan dia akan mengantarkan anda ke terminal keberangkatan. 

Untuk ke Kuala lumpur, ternyata banyak pilihan transport, namun saya ingin praktis. Lagian karena bepergian dalam kelompok 3 orang, akan lebih efisien dg satu taxi. Keluar dari pengambilan bagasi, anda akan langsung melihat loket penjualan tiket taksi. Dan saya ternyata agak keliru. Numbers really matter. Petugas penjual karcis menanyakan berapa jumlah yang akan naik taksi, dan keluarlah angka 102 RM. Hehehe.. Cuma asyiknya tidak seperti di Indonesia, kita tidak perlu lagi direcoki oleh driver dengan ongkos jalan toll. Angka tersebut sudah net sampai ke Prince Hotel & Residence, di tengah Kuala Lumpur tempat kami akan menginap. Namun jangan kaget, taksi di Malaysia kualitasnya masih jauh kalah dengan Taxi Jakarta. Untuk taxi dg kualitas sekelas Blue Bird, disana ternyata dipatok dengan ongkos yang lebih mahal….!

Setelah beli tiket taksi, anda akan dituntun oleh petunjuk2 keluar dimana taxi berada. Kebetulan saya kebagian taxi di pintu 5. Namun saya sarankan sebelum naik taxi jangan lupa tukar Rupiah ke Ringgit, untuk bekal tinggal. Di kompleks bandara, seperti di bandara lain, tidak susah mencari money changer… 

Kuala lumpur menganut waktu Indonesia tengah sehingga kami sampai disana sekitar jam 12-an. Sampai dihotel sekitar 45 menit kemudian. Dan langsung kami ambil peta untuk menuju Petronas Tower, yang disana dikenal dengan sebutan KLCC (Kuala Lumpur Convention Center). Sayangnya sesampai disana, the ticket untuk naik ke puncak tower is sold out. Wah.. rugi deh….

Pengalaman aneh adalah saat keluar dari komplek KLCC sekitar jam 19:30 malam, dan ternyata bias mentari masih terlihat jelas!!!!. Kami berpandangan satu sama lain, ini jam kita yang keliru atau memang masih siang… Ternyata disana Maghrib  jam 19:30. Hehehee. Saya jadi teringat rencana Indonesia mau menyatukan 3 waktunya menjadi satu dg WITA. Kelihatannya Kuala Lumpur yang secara geografis masuk WIB karena diatas Sumatra mamaksakan diri untuk GMT +8 (WITA) sehingga maghrib yang masih  terang berada pada jam 19:30. Dimana waktu sesungguhnya dibanding Indonesia harusnya masih kondisi jam 18:30 hehehe…..

Ada satu catatan kelebihan Malaysia. Adalah  kondisi jalan yang friendly terhadap pejalan kaki yang membuat saya kagum. Untuk menuju ke KLCC dimana petronas tower berada, dari hotel kami bisa langsung akses ke tunnel ber ac, panjang, yang mana saat keluarnya nanti sudah sampai di area tower… Love it!  Mungkin kondisi ini salah satunya yang menarik turis. Saya lihat banyak bertebaran turis dari timur tengah di sana…Katanya orang sana mereka lagi ngadem.

Wuih… saya langsung membayangkan adanya tunnel either underground atau above ground yang menghubungkan Bundaran HI dengan MONAS… Seandainya terbangun, betapa banyak yang akan berterima kasih kepada Pemerintah… Betapa turis akan merasa aman. Betapa saya yang biasanya menginap di Sari Pan Pacific Hotel akan semakin bersemangat untuk jalan kaki  jika pas ngantor di Wisma Nustantara depan air mancur HI.

Dijamin pimpinan yang bisa membangun impian saya ini akan kepilih jadi President atau Gubernur berkali-kali…hehehe..atau paling tidak saya doakan panjang umur banyak rejeki.!   Mimpi kaleeeee!

Enaknya lagi, pergi ke Malaysia rasanya tak ubahnya melancong ke daerah lain di Indonesia, semisal Padang, Bandung, Jogya, Jakarta dan lain-lain…. Semuanya terkesan Indonesia. Dan tidak seperti diberita-berita yang memberi kesan negatif atas perlakuan Malaysian thd Indonesia, Alhamdulillah selama di sana, semua baik-baik saja, tidak ada yang negatif…. .

Karena selama siang, sibuk dengan acara conference, maka kami hanya bisa keluyuran setelah jam 17:30. Kesana kemari memuaskan rasa ingin tahu, melihat gedung, mencari cindera mata dan lain-lain termasuk berkunjung ke Aquaria (semacam kebun binatang tapi khusus binatang yang ada kaitannya dengan air/kelembaban), tak terasa membuat hari berlalu dg cepat dan tiba-tiba telah datang saatnya pulang kampong ke Borneo.


Naik GA 821 jam 12:50, saya check out early jam 08:00 karena ingin mengkhatamkan KLIA yg saat saya turun cukup menarik hati kondisi shopping areanya. Naik taxi dari hotel, saya diberi 2 pilihan. Limousine (semacam bluebird) seharga RM 150 atau taxi biasa (butut) seharga RM 95. Saya pilih yang kedua.

Masuk taxi langsung disambut dengan ucapan salam dari driver, yang ternyata sudah berkali-kali mengunjungi Indonesia, baik Jakarta, Bandung, Yogya, Padang, Lamongan, Sidoarjo, Surabaya, Malang, Batu dan lain-lain… hehehehe. kalah deh kita orang borneo. Usut punya usut ternyata si Bapak berputrakan Pilot yang regular terbang ke Indonesia dan punya rumah di Podomoro City….

Cukup 45 menit, sampailah saya di Terminal keberangkatan...

Sayangnya sesampai di airport, counter GA belum buka.. hahahaha.. Untungnya KLIA full WIFI. Akhirnya sambil menunggu, saya menghabiskan waktu download update Galaxy Tab software sekitar 100 MB lebih, dengan kecepatan yang mengesankan… Hmmm makin bikin ngiri aja nih bandara!

Sekitar 2 jam sebelum terbang, baru counter GA dibuka. Setelah dapat boarding pass, anda harus naik train untuk menuju terminal C11, tempat naik GA 821. Lagi2 jangan takut salah, karena  train ini hanya berhenti di dua tempat; ujung sini dan ujung sana. Hehehehe….. Jadi tidak pernah saya jumpai adanya bis yang mengangkut penumpang dari gate menuju pesawat, karena adanya train ini…

 Jangan lupa tukar Ringgit yang tersisa sebelum pergi. Di Jakarta sih ada, namun kelihatannya lebih kompetitif di sini tukarnya… setelah puas melihat-lihat tiba waktunya masuk pesawat… dan seperti biasa, sebelum  take off, pandangan sudah remang-remang. Bangun saat makan, tidur lagi dan bangun saat landing…….. Wuih Alhamdulillah sampai di Jakarta… See you in the next journey…

Jun 6, 2012

Revolusi Energi

Saat menulis blog ini, saya sedang duduk di lounge Bank Mandiri di bandara Soekarno-Hatta, pas dekat kaca dengan view menghadap arah parkir pesawat. Selain pesawat parkir yang terlihat berjajar rapi, yang mungkin mengindikasikan tumbuhnya ekonomi negeri ini dengan pesat, juga terlihat tanker pengangkut bahan bakar pesawat yang sedang lalu lalang. Tentunya mengisi penuh pesawat yang hendak terbang dengan bahan bakar. 


Pertumbuhan ekonomi yang pesat mendorong kebutuhan akan  energi semakin terus meningkat. Pentingnya energi ini bahkan sering mendorong munculnya persaingan memperebutkan sumber-sumber energi, yang saat ini bahkan terlihat sudah mulai kasar. Sebuah cerminan peran energi yang semakin meningkat dan dikhawatirkan akan mengejar statusnya sebagai kebutuhan pokok, bukan lagi kebutuhan sekunder.

Sementara itu, di dalam negeri, hari-hari terakhir ini, koran-koran pun mulai menulis keriuhan masyarakat yang pro dan kontra dalam menyikapi usaha Pemerintah guna efisiensi energi, dengan cara antara lain membatasi bbm bersubsidi. Segala cara ditempuh oleh semua pihak untuk melakukan tindakan "kreatif" dalam menghemat energi.

Usaha-usaha seluruh pihak untuk mencari terobosan dalam mencari sumber energi atau cara alternatif dalam usaha efisiensi energi, bagaimanapun juga patut diapresiasi! Meskipun jika dihitung-hitung, hal tersebut tidak akan terlalu berdampak signifikan dalam usaha untuk menyediakan energi yang cukup bagi masyarakat serta dengan biaya yang logis.
Kenapa? Karena inti dari masalahnya belum tersentuh.

Yang dibutuhkan oleh Indonesia saat ini bukan usaha efisiensi "kecil-kecilan", melainkan diperlukan sebuah revolusi dalam mencari sumber energi. Meminjam istilah revolusi dalam kaitannya dengan revolusi industri yang mengubah dunia "kuno" menjadi dunia modern yang kita lihat saat ini; sebuah dunia yang rakus akan energi fosil.

Kenapa kita perlu revolusi (lagi) ? Karena untuk bisa lepas dari mindset atau tradisi atau lingkaran setan, pemanfaatan bahan bakar fosil, khususnya yang berasal dari minyak bumi, yang telah kita lakukan sejak republik ini berdiri, diperlukan usaha yang ekstra , cepat dan revolusioner. Dan juga kKarena untuk keluar dari lingkaran pemakai minyak bumi, tentunya kita akan mengusik banyak kepentingan!!!

Namun, apapun resikonya dan beratnya tantangan untuk lepas dari ketergantungan atas bahan bakar minyak bumi (dan turunannya), Indonesia sudah waktunya bangun dan menyadari betapa sekarang saatnya telah tiba untuk mulai meninggalkan bahan bakar fosil, yang cepat atau lambat akan habis, dan akhirnya harus beralih ke energi yang unlimited, berlimpah dan tidak pernah habis bahkan terbarukan. Serta hendaknya kita mulai menyadari bahwa selama ini telah menyia-nyiakan potensi sumber energi yang berlimpah yang sebenarnya telah kita miliki...

Berlimpah? Ya. Mari kita ambil beberapa fakta ttg hal tersebut yang bahkan sering terlupakan.

1. Indonesia adalah negara tropis. Terletak tepat di bawah garis khatulistiwa. Salah satu efeknya adalah bahwa matahari tidak akan pernah bosan menyambangi wilayah ini, bahkan meski saat musim hujan. Apalagi saat musim kemarau.

Ironis jika kita membayangkan saat ini masih ditemui banyak penduduk di pulau- pulau terpencil dan kecil dimana tdk mungkin PLN menyambungkan jaringannya (karena nggak mungkin untung...), masih rela menunggu masuknya listrik. Padahal seharusnya dg niat dan dukungan kuat, panel tenaga surya akan dengan murah diproduksi secara massal dan lebih efisien digunakan dalam kondisi ini.

2. Angin hampir tiap hari berhembus di wilayah manapun asal masih di Indonesia. Sayangnya pemanfataannya masih dalam skala malu-malu kucing. Negara lain sudah banyak memakai energi angin, sedangkan di negara kita energi angin hanya digunakan anak2 untuk main layang-layang.

3. Indonesia selalu disebut-sebut saat gunungnya mengamuk. Dia tepat berada di lintasan "ring of fire". Dibalik keganasan itu tersimpan energi panas bumi berlimpah yg masih terbengkalai. Kabar baiknya, energi panas bumi yang unlimited dan bersih sudah mulai digunakan untuk listrik. 
Dan sumber daya kita akan energi ini tidak main-main. Berdasarkan study terbaru sekitar 40% cadangan energi panas bumi dunia dikuasai oleh Indonesia! Hal ini tentunya paut menjadi perhatian kita, dari yang semula terpaku pada bahan bakar fosil untuk segera membuat strategi pemanfaatn energi panas bumi yang sustainable.

Paling tidak energi panas bumi bisa digenjot untuk mengatasi kebutuhan listrik dalam negeri, jika sumber energi lain semisal batu bara ataupun gas harus di jual untuk nambal APBN kita....


4. Air laut maupun air sungai bahkan air waduk yang melimpah pun masih minim dimanfaatkan. Padahal seberapapun anda perlu, sumber energi ini siap digunakan.

5. Gas bumi mungkin lebih beruntung dibanding minyak bumi Indonesia karena  dieksploitasi belakangan, sehingga cadangannya relatif masih melimpah. Juga ditemukannya gas shale, CBM serta dengan tekhnologi yang semakin efisien, seharusnya gas mulai menggantikan minyak bumi. Saat ini gas masih berlimpah dan murah, namun karena infrastruktur di dalam negeri belum siap, maka sebagian besar diekspor.

6. Tidak cukup itu, bahkan kita pun dianugerahi tanaman yang bisa menghasilkan bio diesel, semacam pohon jarak, dan lainnya. Bahkan saudara tua kita, Nippon, di jaman 45-an pun sudah mulai melirik pohon jarak untuk pelumas dan bahan-bakar. Sayangnya kita terlanjur terbuai oleh minyak bumi, sehingga tidak sempat melanjutkan ide kreatif dari saudara tua kita itu.  

Dan saya yakin seyakin-yakinnya bahwa masih terdapat sumber-sumber energi lain, baik yang unlimited disediakan oleh alam maupun terbarukan.
Beberapa sumber energi anugrah Tuhan diatas, sungguh sayang belum mendapat sentuhan kreatifitas kita. Untuk bisa mengubah mindset  kita yang masih tergantung pada minyak bumi, bukanlah usaha kecil dan mudah.  Kenapa? Karena ini adalah tugas besar, yang hanya bisa dilakukan dengan kapasitas skala Pemerintah...


May 14, 2012

Berlayar ke Singapura


Keluar negeri dengan pesawat adalah hal umum. Keluar negeri dengan ferry adalah hal baru. Kesempatan itu datang saat saya traveling  ke singapura, melalui Batam.

Berangkat dg Ferry dari Batam center, saya ambil ferry jam  8:40. Sekitar 1 jam kami sudah sampai di Front Harbor  singapore. Ferry sudah beoperasi mulai jam 6 pagi dan dengan keberangkatan terakhir jam 21 setiap hari.   

Untungnya perjalanan kali ini saya ditemani teman yg punya hubungan dengan travel agen sehingga bisa memudahkan tujuan kami untuk keliling melihat icon2 besar di pusat kota singapore.

Dari harbor, kami dibawa dg Mercy ke Sentosa Island. Melihat universal studio dan hard rock cafeyg ada disekitar univesal.  Guide kami yg warga Singapore sebenarnya merekomend kami untuk ke Casino yg mana untuk orang luar hanya cukup menunjukkan passport, maka free entry fee. 


Untuk penduduk lokal harus membayar fee masuk. Sehabis itu, kami langsung menuju gedung konser yg dari bentuknya dikenal dengan gedung duren. Disana kami parkir dan melanjutkan ke area One Fullerton, dimana  terletak icon singapore; merlion.

Disekitar itu, kami sempatkan berfoto di jembatan Rafless dan stay di Fullerton untuk sementara, bukan karena bermalam tapi karena berteduh dari kehujanan. Kami sempatkan juga melihat dari dekat Hotel Perahu (Marina bay)  yg terkenal, cukup dengan melewati lobbynya yg panjang dan tinggi.

Sebelum pulang, kami sempatkan ke orchad road, untuk mencari suvenir.  Sempat bingung karena belum sholat, akhirnya kami temukan juga Al Falah Mosque di Orchad Road. 

Tidak ingin kemalaman dan karena kaki juga sdh pada pegel, kami segera mecari tiket MRT yang terkenal menuju Harbour front. Tidak menghabiskan waktu sia2, kami habiskan waktu yg tersisa untuk belanja di Vivo, sebuah mall besar diseberang harbor. Jam 18:40 adalah waktu kami untuk kembali ke Batam. Satu jam kemudian sampailah kami ke Batam center kembali.

Eitts jangan lupa bawa passport,karena Singapore termasuk luar negeri...hehehhe, sehingga pasti passport akan diperiksa oleh pihak imigrasi baik disisi Batam maupun Singapura.  Mudahnya kita untuk menyebrang kesana, antara lain karena tidak perlu visa.  

 Juga jangan lupa menukar rupiah ke dollar singapore, yang kursnya sekitar 7 ribuan, untuk belanja, dll karena mereka nggak mau menerima rupiah. Jangan lupa juga untuk meninggalkan kebiasaan makan permen karet dan menjaga kebersihan. Jangan lupa juga untuk mengaktivasi no. Halo anda agar bisa digunakan di luar negeri. Juga jangan lupa beli souvenir untuk rekan-rekan di rumah….