Nov 15, 2010

Pengorbanan yang Sesungguhnya

Setelah sekian puluh tahun menikah dengan Sarah, Nabi Ibrahim tetap belum dikarunia seorang putra. Hingga akhirnya sang Istri mengijinkan sang suami tercinta untuk menikahi sahayanya yang berasal dari benua hitam.

Atas Rahmat Nya, dari rahim Siti Hajar, Ibrahim mendapatkan kebahagiaan dengan lahirnya seorang putra, yang kelak dikenal dengan nama Ismail. Bisakah anda membayangkan rasa sayang Ibrahim kepada putra yang telah dinanti-nanti sejak sekian lama? Kelihatannya akan susah untuk dilukiskan, kebahagiaan Nabi Ibrahim atas karunia ini.

Sayang dan bahagia semakin mendalam manakala sang putra adalah anak yang sholeh, yang kelak bergelar Nabi, yang merupakan nenek moyang bangsa Arab saat ini.


Namun, kebahagiaan ini harus mulai ditebus oleh Nabi Ibrahim, dengan permintaan Siti Sarah agar menjauhkan sang putra dan Ibunya darinya. Saya takut untuk mengatakan bahwa kebahagiaan Ibrahim berbuah kepedihan seorang wanita, yang tidak bisa memberikan seorang putra terkasih kepada sang suami tercinta.

Dengan ketabahan seorang Nabi, dipindahkanlah keluarganya ke sebuah padang tandus, yang sekarang dikenal dengan nama Mekah.

Waktu berjalan, hingga pada suatu saat datanglah Ibrahim menyambangi Ismail dan Ibunya. Bukan kabar gembira kalau memakai ukuran kita, karena kedatangannya adalah untuk mengabarkan sebuah mimpi.

Mimpi untuk menyembelih sang putra terkasih!

Jika anda berada diposisi Ibrahim, sanggupkah anda mengabarkan mimpi itu? Kelihatannya berat!

Tidak demikian dengan Ibrahim, karena dia sadar bahwa mimpi seorang Nabi adalah wahyu.

Saking sayangnya kepada putranya, tidak langsung dia sembelih putranya seperti Perintah. Namun masih dengan kehalusan hati, ditanyakannya perihal Perintah itu kepada Ismail. Dan saat ditanyakannya mimpi tersebut kepada putra nya, sang terkasih hanya menjawab, “ Jika memang hal itu perintah Allah, maka lakukanlah. Insya Allah saya termasuk golongan orang yang sabar”. Betapa semakin hancur hati seorang Bapak dengan ketulusan sang putra.

Membaca hal diatas, lantas saya sekarang ingin mengajukan sebuah pertanyaan kepada pembaca sekalian. “Siapakah diantara 2 orang ini, Ayah dan Anak, yang berkorban paling besar?” Apakah Ibrahim atau Ismail sang putra terkasih?

Mampukah anda sebagai ayah yang sangat berbahagia atas hadirnya sang putra setelah menunggunya sekian lama, melakukan penyembelihan kepada anaknya.

Atau jika anda di posisi Ismail, mampukah anda menjawab seperti itu. Saya takut kita akan menjawab dalam hati “Kenapa tidak Bapak saja yang disembelih, kan Bapak sudah tua!”

Sebuah pengorbanan yang tiada tara! Sebuah pengorbanan yang sesungguhnya!

Flash back ini selalu membuat saya rendah diri saat berkorban 1 ekor kambing atau 1/7 sapi. Karena belum ada apa-apanya dibanding pengorbanan sang Ayah Ibrahim dan pengorbanan sang Putra Ismail.

(disadur dari cerita P. NU saat santap siang di Kyoto)

Nov 13, 2010

Antara Tokyo, Nagoya, Osaka dan Kyoto / 東京、名古屋、大阪、京都の間

Tokyo, Nagoya, Osaka, Kyoto no ma.
東京、名古屋、大阪、京都の間

3 Nopember,
Memulai perjalanan panjang, kami sudah dihadang oleh ketidaklancaran pesawat yang terpaksa ditunda 1 jam, menjadi jam 12.50 pagi, karena connecting flight dari Hongkong yang tertunda.

Kesabaran kami akhirnya berbuah lega saat sekitar jam 1 pagi,  kami berangkat. Tentunya setelah menyelesaikan semua formalitas, mulai dari check in, pembayaran fiskal, yang untungnya karena membawa kartu NPWP akhirnya dibebaskan. Masuk pemeriksaan imigrasi, visa dan lain-lain, dan akhirnya lolos.

Kecapekan karena telah tinggal di Jakarta selama tiga hari untuk presentasi yang menegangkan, dan karena tidak mungkin untuk melihat pemandangan di gulitanya malam, saya; seperti biasa langsung tertidur pulas, di kursi 11 C. Rekan kerja di kursi 11 A, terlihat tidak bisa menikmati perjalanan, entah karena kurang fit atau tangisan si bayi di depan kami, atau karena memikirkan presentasi di Chita Terminal.


Saat bangun, semburat merah sang surya terlihat dari jendela, mengingatkan bahwa saya belum sholat subuh. Pagi terasa cepat menjadi siang, membuat bertanya-tanya.. Kok aneh???

Ternyata terjawab saat pramugari mengumumkan bahwa waktu Tokyo lebih cepat 2 jam dari Jakarta.

Teringat sebuah buku tentang time travelling, bahwa ternyata perjalanan ini melampaui kecepatan waktu sebesar 2 jam. Hmmm… umurku berkurang 2 jam!!!

4 Nopember,
Perjalanan kurang lebih 7 jam tersebut berakhir sekitar jam 9.45 waktu Narita. Sekilas kupandangi bandara internasional tersebut dari ketinggian Airbus Garuda yang mulai menurun, tampak tak beda dengan pemandangan bandara-bandara lain di Indonesia.

Touch down!
Keluar dari terminal kedatangan Narita, langsung naik train menuju main building. Sebelum mengambil bagasi, kami harus lolos dari petugas Imigrasi. Setelah antri beberapa saat, tiba giliran saya menghadap si petugas yang kurang fasih berbahasa Inggris, dengan beberapa pertanyaan ringan, cap jari dan clearance. Sambil memesan karcis Narita express yang berharga 2,740 yen, kami sempatkan menukar uang ke money changer yang berada di sekitar pengambilan bagasi.

Waktu yang sangat mepet dengan jadwal kereta membuat kami ketar-ketir. Naik di car 9, kereta datang tepat waktu dan tepat berhenti sesuai nomor car, tidak meleset sedikitpun dan segera berjalan mengantarkan kami ke stasiun Tokyo. Bersihnya kereta dan sepinya penumpang mengingatkan saya dengan suasana kontradiktif saat beberapa tahun lalu, sewaktu masih menjadi mahasiswa, naik kereta dari stasiun Malang ke Pasar Senin, yang berjubel, dengan lorong-lorong yang terisi penumpang. Bagaimana ya sekarang keadaannya? Apa masih seperti itu? Mudah-mudahan sudah berbenah...:(

Satu jam, kami sampai di stasiun Tokyo, dan langsung pindah kendaraan untuk acara yang telah disiapkan. Business Lunch!!!. Selesai dari sana, kami masih ditunggu untuk courtesy call lain. Dan karena dibatasi jadwal kereta peluru atau yang dikenal dengan Shinkasen ke Nagoya, maka kami pun harus bergegas.

Di Jepang terkesan semua serba cepat dan terburu-buru. Disepanjang jalan dan ketika sampai di stasiun, ritme hidup yang serba tergesa-gesa terlihat dari cara berjalannya orang-orang Jepang yang sedikit berlari seperti olah raga jalan cepat. Waktu yang mepet, sekali lagi sebenarnya menakutkan saya, dan menimbulkan pertanyaan kenapa ya mereka kok tidak terlalu khawatir dengan connecting schedule yang serba mepet?.

Perlahan jawabannya terkuak, saat melihat kedatangan kereta Shinkasen yang sangat tepat waktu bahkan by minutes. Bahkan car nya (gerbong) berhenti tepat di depan nomor car yang yang tertulis di lantai pinggir jalur kereta, tanpa meleset sedikitpun. Mereka confident dengan ketatnya jadwal karena semua on time!!!!!


Naik Shinkasen pertama kalinya memberi sensasi yang mengagumkan. Smooth, kencang, spasi yang business/executive-like, pelayanan yang ramah dan yang tidak kalah pentingnya toilet yang bersih sekali….:)

Tiba di Nagoya, kami langsung menuju Hotel Tokyu Nagoya. Tidak seperti hotel-hotel di Indonesia dengan kelas yang sama yang mempunyai luas ruangan berlebih, ruang hotel ini meski terkesan modern, namun agak sumpek, khususnya untuk saya yang orang Indonesia. Cerminan rumah orang jepang yang minimalis dari segi luasnya.


Malam menjelang, dan kami sempatkan berjalan-jalan disekeliling hotel, untuk makan malam. Dengan menu khusus, sabu-sabu yang tentunya original Jepang.




Sama seperti yang saya alami saat makan sabu-sabu di Jakarta, kali ini pun demi menghormati tuan rumah, saya harus menghabiskan sabu-sabu, yang katanya mahal tersebut diringi dengan 1 teko penuh teh Jepang untuk menetralisir mual-mual. Terlihat ekspresi aneh pelayan restoran saat melihat beberapa daging segar dipiring saya masih tersisa.
“Dasar Ndeso!”, mungkin itu pikirnya…

Saat yang saya tunggu pun datang, ketika daging-daging merah tersebut akhirnya dicelupkan ke air panas sehingga matang… HMMMMM Alhamdulillah. Ditambah dengan keluarnya sayur, nasi, yang berbeda dengan nasi Indonesia, dimana nasi jepang sangat punel (sticky) dan gurih sehingga di gado pun akan terasa nikmat.

Sekitar jam 9 waktu setempat kami pulang dengan perut kenyang.

Suhu terasa seperti saat di ruangan ber AC. Mungkin sudah 15 derajat Celcius. Ya memang sebelum berangkat saya sempat diingatkan bahwa musim dingin sudah mulai menjelang, sehingga suhu kemungkinan akan drop.

Bagi saya yang tidak sering merasakan  suhu sedingin ini, rasanya selalu mendapat sensasi yang luar biasa manakala terterpa angin sepoi-sepoi yang terasa sampai ke tulang. Susahnya mengungkapkan rasa dingin yang dingin ini, tiba-tiba menjadikan saya agak puitis, "Seandainya rasa ini bisa dituliskan dengan kata-kata, sungguh bahagia sekali bisa menikmatinya lain waktu dari membacanya"!!! Hmmmmm...

Di sepanjang jalan, berjejer tidak terlalu jauh satu sama lain, vending machine, yang menjual mulai dari minuman sampai camilan. Mencoba memasukkan 10 yen untuk sebotol fresh water, membuat saya semakin merenungi bahwa hidup disini terasa dikelilingi robot. Semua serba dibantu mesin.


Setiba di hotel, sholat jamak Maghrib dan Isya. Dan tanpa menunggu lama, kesadaran seakan sudah tak tertahan…

Nyenyak sekali setelah sehari sebelumnya tidur duduk di kelas Ekonomi Garuda, airliner kebanggaan Indonesia, dan langsung seharian dihadang aktifitas resmi.

5 Nopember,
Pagi jam 9.45 kami sudah dijemput semacam mobil alphard, yang disebut 'bus' oleh pendamping kami dari Jepang. Beda dengan mobil Indonesia yang semakin dingin semakin nyaman, saat masuk ke mobil jemputan ini, badan terasa gerah karena adanya heater. Ah dasar orang Indonesia…..

Sesampai di ruang meeting, para peserta sudah lengkap. Ups.. untuk reminder, jangan lupa membawa kartu nama untuk kegiatan seperti ini, karena sangat penting untuk sosialisasi.
Meeting dimulai, dan presentasi serba diisi dengan bahasa Jepang. Untuk menghormati tuan rumah (lagi), dan sekaligus belajar bahasa Jepang, saya berusaha keras memelototkan mata, agar tidak tergoda untuk ngantuk.

Satu keunikan lain adalah dari sekian puluh presentasi, hampir tidak ada satupun peserta yang bertanya. Apakah memang budaya atau karena sungkan karena ada kami ya…? Diakhir acara, setelah welcome speech dari leader delegasi Indonesia, acara ditutup dengan souvenir presentation.

Acara belum langsung berakhir, karena kami masuk ke dalam kompleks LNG Receiving Terminal Chita untuk plant tour. Hampir sama dengan yang ada di Bontang, meski disini fungsinya lebih pada terminal penerima.

Hampir sama… kecuali dinner party nya, yang dilakukan disebuah restoran masakan Jepang terkenal, meski disana sulit membedakan mana restoran dan rumah kecuali dilengkapi dengan tiga buah kain dengan tulisan Jepangnya.

Lagi-lagi demi kesopanan, saya usahakan menikmati menu ikan dan daging mentah…dan orange juice beserta cokenya, ditengah toast sake dan bir yang oleh adat setempat adalah sebuah hal yang biasa. Sempat terdengar sebuah pertanyaan, “ You never drink alcoholic drink?” dengan mimik heran.

Sempat saya putar 1 piring berisi daging segar ke arah rekan yang kebetulan bisa menikmati masakan Jepang.

Nasib saya tertolong saat tempura muncul, jamur muncul, sup muncul, nasi muncul dan ice cream muncul.
Sesampai jam 9 waktu setempat kami selesaikan acara, karena esok harinya dilanjutkan dengan golf tournament bagi pegolf dan city tour/social gathering bagi non-golfer.

Sesampai di hotel, sekali lagi saya tidak bisa menahan kantuk yang susah terkontrol. Jatuh tertidur….

6 Nopember (hari ke 2 di Nagoya),
Setelah mengantar para pemain golf berangkat sekitar jam 6.20, saya, seperti sehari sebelumnya pergi untuk makan pagi di restoran bawah, karena ternyata restoran atas yang mau kami coba, full booked. Menunya variatif dan yang paling penting ada nasi punel kesukaan saya. Ditambah chicken wings yang dibumbui wijen, membuat saya lupa bahwa kolesterol telah mulai meninggi. Menu lainnya, tipikal western dan Japanesse food.

Sambil menunggu city tour jam 10 local time, saya masih sempatkan packing karena kami harus check out langsung untuk nanti sore melanjutkan perjalanan ke Osaka.
Setelah check out kami sempatkan berjalan di sepanjang jalan sekitar hotel sekalian untuk berfoto ria. Jam 10, jemputan bus datang. Kami beruntung sekali ditemani oleh pendamping yang friendly dan talkactive. Tour pertama untuk para non-golfer adalah Nagoya Castle, yang sehari sebelumnya saya lihat dibahas di In-Flight Magazine Garuda edisi Oktober. Hmm what a coincidence!

 Setelah puas berkeliling dan berfoto dan melihat performance semacam sandiwara di kompleks castle, kami lanjutkan ke Nagoya TV Tower yang tingginya sekitar 100 meter. Kami coba naik ke puncak dengan lift.

Contoh baiknya tentang pengelolaan tempat wisata di sini, bahwa setiap tempat wisata dikelola dengan baik dan dikomersiilkan. Tak heran semua lokasi wisata terawat dengan baik.

Sebelum meninggalkan lokasi, kami sempatkan makan siang. Kali ini menunya friendly dengan lidah kami. Unagi (belut). Hmmm luar biasa…

Waktu yang semakin mepet dengan jadwal shinkasen kami jam 16.02 ke Osaka, tidak menghalangi langkah untuk melanjutkan mengeksplorasi Nagoya, dengan mengunjungi Toyota Automotive Museum. Yang mengagumkan, bahasa Indonesia digunakan juga dalam brosur selain bahasa Jepang. Setelah saya tanya kenapa, rekan kami menjawab, “Karena Indonesia salah satu big customer Toyota”.


Disana tidak hanya ditemui contoh mobil Toyota yang pertama, namun juga mobil eropa yang dipajang dengan rapi.
Sebelum mengakhiri aktifitas city tour karena sudah ditelpon bahwa tim golf telah selesai, kami masih menyempatkan diri berkunjung ke Old City of Nagoya, tempat second hand market, termasuk souvenir.

Didalamnya termasuk kuil yang indah dan serba merah yang mengingatkan saya akan Masjid Cheng Ho di Surabaya.


Sekali lagi, kami akhirnya berangkat menuju stasiun Shinkasen untuk melanjutkan perjalanan. Datang lebih awal, kami tunggu tim Golfer di sebuah Coffee Café diseberang stasiun Nagoya. Tak lama beliau-beliau datang, dan kami ditransfer ke rekan lain yang bertugas di Osaka.

Good by Nagoya. Will always miss you.

Seperti sebelumnya, Shinkasen datang tepat waktu, pas di jam 16.02, di depan pintu masuk nomor 8, tidak meleset sedikitpun! Sesuai dengan karcisnya.

Kami lanjutkan ke Osaka, sekitar 1 jam. Saking nyamannya, lagi-lagi saya tertidur dengan nyenyak. Turun di stasiun, kami ambil dua taksi ke hotel. Yang menarik dari taksi di Jepang adalah:
1. Argonya yang sangat mahal.
2. Mobilnya yang agak high class dan antik semacam Cressida dan Prius.
3. Drivernya yang selalu pakai suit lengkap (jas, dasi dan sarung tangan). Plus tissue basah seperti disebuah airline.

Sesampai dihotel, kami hanya diberi waktu untuk menyimpan luggage, karena sudah ditunggu makan malam di sebuah restoran semacam hoka-hoka bento jam 6.

Sebelum pergi saya sempatkan ke receptionist untuk pinjam plug versi Indonesia untuk charge HP dan kamera. Karena di Jepang, rata-rata plug yang digunakan adalah yang pipih, berbeda dengan plug bundar yang umum kita gunakan.


Makan malam ini, meski hampir sama menunya, yaitu ikan dan daging mentah, namun lebih lumayan karena disiapin pemanggang. Beberapa porsi daging lidah saya lahap, tentunya setelah saya masukkan ke pemanggang. Kali ini nasi sesegera mungkin dikeluarkan, mungkin karena rekan Jepang kami beberapa kali melihat saya dan teman yang tersiksa dengan makanan yang serba mentah dan tanpa nasi.

Selesai makan malam, sebelum ke hotel kami sempatkan ke downtown of Osaka; Shinsai Bashi. Sebuah tempat yang ramai padat yang menjajakan segala macam komoditi, mulai makanan, cindera mata, sampai teman karaoke.

Tak lama, kami beranjak ke Hotel Rihga Osaka. Tidur, dan……

7 Nopember,
Jam 8.15, kami  naik Shinkasen regular non reserved menuju Kyoto. Berbeda dengan yang reserved, kereta ini lebih padat penumpang, sehingga bagasi saya yang besar terpaksa membuat repot pendamping kami, karena tidak bisa dibawa masuk. Untungnya hanya sekitar 15 menit, kami sampai di Kyoto, ibukota Jepang sebelum Tokyo (Kyoto kalau dibolak-balik = Tokyo). Acara hari Minggu ini memang dikhususkan untuk city tour sebelum kami menyelesaikan acara resmi.

Tempat pertama kunjungan kami adalah Golden Temple, sebuah tempat peristirahatan Kaisar Jepang tempo dulu. Disebut Golden temple karena temple tersebut berwarna kuning emas (atau mungkin memang dilapisi emas).
Di golden temple, kami membuktikan bahwa dunia ini memang tidak terlalu besar. Serombongan dosen Indonesia yang sedang mengikuti acara, kami temui ditempat yang sama dengan aktifitas yang sama pula. Foto-Foto!


Setelah beberapa jam berkeliling, kami lanjutkan menuju sebuah Shrine yang serba merah, yang banyak dipenuhi anak kecil berkimono. Disini nasib sial dibuang melalui kertas dan nasib baik dipajang melalui kayu. Saya sempatkan berpikir, kira-kira jika dimintai sebuah wish, apa ya….. yang akan saya minta? Sayangnya saya sudah tidak terlalu percaya dengan hal-hal berbau takhyul...















Acara diakhiri di Sanmon, sebuah kuil kayu jaman dulu dengan arsitektur yang menakjubkan, dengan tangga yang hampir 45 derajat.


Setelah itu, akhirnya kami dilepas di stasiun Kyoto untuk a night-stay di Tokyo. Dengan Shinkasen selama sekitar 2 jam, kami susuri perjalanan yang mengasyikkan dengan pemandangan sepanjang rel yang hampir sama dengan di Indonesia.


Sesampai dihotel Villa Fontaine, lagi-lagi kami tidak ingin menyia-nyiakan waktu dengan langsung keluar, ke kota untuk makan malam sekaligus sight-seeing.

Keunikan lain dengan orang jepang adalah lamanya waktu makan. Siang sebelumnya saat di Kyoto, kami menghabiskan waktu hampir 2 jam, hanya untuk menghabiskan makan siang yang dikeluarkan sepiring demi sepiring, sambil bincang bisnis dan sosialisasi.

Waktu yang semakin sempit dan dibatasi jadual kereta tidak memprovokasi pendamping kami untuk tergesa-gesa menghabiskan makanan. Menurutnya, makan memang harus santai, rileks dan bisa digunakan untuk mempererat hubungan.

Demikian juga untuk business dinner malam ini. Sepiring-demi sepiring yang dikeluarkan memang efisien membuat kami duduk tak bergerak hingga sekitar jam 9.30 malam, saat hampir sebagian besar toko sudah mulai bertutupan. Hingga akhirnya saat keluar restoran tidak ada lagi yang bisa dilakukan kecuali ke hotel dan tidur.

Sebelum tidur, saya sempatkan untuk menset acara meeting besok pagi, agar tidak terkendala. Setelah agenda terset dengan pasti, saya paksa mata untuk stand by guna menemani packing karena besok pagi jam 7 kami harus sudah siap untuk acara meeting lagi, sebelum kembali pulang ke Indonesia dengan penerbangan jam 12 Garuda.

8 Nopember,
Jam 06.30 kami sudah siap check out sambil menunggu dijemput untuk meeting sekaligus makan pagi. Sebutan kerennya 'breakfast meeting'. Sebelum berangkat saya coba ingatkan kepada rekan kami dari Jepang, bahwa jam 9 paling lambat kami harus berangkat ke Bandara Narita. Karena melihat gelagat lamanya waktu makan kami sebelumnya, kuatirnya bisa-bisa 2 jam atau lebih hanya untuk makan!

Ternyata, setelah melewati 1,5 jam makan pagi yang padat diisi dengan agenda meeting, akhirnya kami dikembalikan ke hotel. Agar cepat dan mencari suasana baru dibanding saat kami berangkat ke Tokyo yang memakai Narita Express, kami putuskan naik taksi dari Tokyo ke Narita.


Dan seperti yang saya katakan di cerita awal, bahwa tarif taksi Jepang memang terbukti mahal.

Perjalanan 1 jam yang kami tempuh, hampir setara dengan perjalanan taksi saya dari pusat kota Jakarta jln. M.H. Thamrin ke Bandara Soekarno- Hatta.

 Bedanya, kalau ke Bandara Soekarno-Hatta, rata-rata tarifnya sekitar 100-150 ribu rupiah, namun perjalanan kami dari Tokyo ke bandara Narita memakan tarif sebesar 25,000 yen (setara 2 juta setengah rupiah).

Sesampai di Narita, dan setelah menyelesaikan urusan imigrasi, kami sempatkan ke Akirabara, sebuah duty free shop, untuk sekedar oleh-oleh. Setelah puas, kami tukarkan sisa-sisa Yen ke money changer yang tersedia sangat banyak di Narita.

Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 11.15 saat kami sadar bahwa kami masih ada diluar waiting room, yang harus ditempuh dengan naik train. Berlarian, takut ketinggalan pesawat, kami dag-dig-dug, menunggu transport, yang akhirnya muncul….

Hmmmm, kelihatannya kami sudah menyerupai penduduk Jepang. Jalan kecil-kecil setengah berlari dan dengan waktu yang serba mepet…!.

Terima kasih. Khususnya kepada rekan-rekan kami di Jepang yang telah mendampingi selama perjalanan kali ini. Arigatogozaimasu. Tokuni konkai no ryoko no ma ni doko sa rete iru Nippon de no doryo ni.

Sayonara Nippon. Mata jikai o shanso shite kudasai.

Oct 22, 2010

Corporate Social Activities

Beberapa tahun lalu, setelah sekian lama tidak menjenguk kampung halaman, saya dikejutkan dengan banyaknya lalat beterbangan. Selidik punya selidik, ternyata sedikit ke arah utara dari perkampungan, terdapat kandang ayam potong, dimana pada musim tertentu menyebabkan bermunculannya lalat. Meski disana-sini beberapa tetangga banyak yang komplain, namun untungnya tidak sampai memunculkan respon yang radikal atas keberadaan kandang. Anda tahu kenapa? Salah satunya karena pendekatan yang dilaksanakan oleh pemilik kandang.

Pada setiap musim panen ayam, pemilik kandang tidak segan berbagi kebahagiaan, entah berupa ayam, atau dalam bentuk in-kind lainnya misalnya beras, kain dan sebagainya.

Pendekatan ini dilakukan juga oleh para peternak burung wallet di sebuah kota pesisir Kalimantan Timur kepada para tetangga dekat yang sering kejatuhan kotoran burung penghasil dolar ini. Mereka tak lupa berbagi dengan tetangga-tetangga sekitar sarang waletnya saat panen tiba.

=========

Flash back ke dekade70-80-an, di sebuah pesisir pantai timur Kalimantan, sebuah proyek raksasa dibangun. Disekelilingnya tidak ada kegiatan komunitas yang signifikan, kecuali sebuah perkampungan nelayan dengan jumlah penduduk sekitar 10 ribuan yang sebagian besar tinggal diatas laut.

Tercatat dalam buku sejarah bahwa kota yang sebelumnya hanya sebuah desa nelayan tersebut , sekarang menjadi salah satu kota terkaya di Indonesia, kota teraman dengan hubungan antar penduduk dan perusahaan yang harmonis, serta prestasi membanggakan lainnya.

Lantas bagaimana bisa terjadi seperti itu?

Banyaknya pekerja pendatang baik nasional maupun asing, mendorong kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk hidup normal dalam bermasyarakat. Para pekerja proyek butuh keluarga, butuh pasar, butuh sekolahan, butuh perumahan, butuh keamanan, butuh pemerintahan lengkap, butuh transportasi, dan lain-lain.

Maka dibangunlah jalan perintis, barak, pasar, sekolahan, dan sarana lain, tidak hanya didalam kompleks namun juga di luar kompleks…. Kenapa perusahaan ini bersusah payah melakukan hal tersebut. Karena dia dan komunitasnya membutuhkan komunitas lain, untuk memenuhi syaratnya sebagai makhluk sosial.

=======

Peternak sarang burung wallet dan ayam potong yang tersebut dalam narasi saya diatas mungkin tidak pernah mendengar istilah Corporate Social Responsibility (CSR) atau COMDEV. Apalagi membaca buku Cannibals with Forks: Triple Bottom Line of 21st Century Business: karya John Elkington yang mendasari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Mereka juga belum tentu pernah membaca KEPMEN BUMN No. 236 /2003 yang mengatur PK dan BL. Atau UU Perseroan Terbatas dan Investasi, yang salah satu ayatnya mengatur tentang perlunya pelaksanaan tanggung jawab sosial.

Demikian juga dengan Perusahaan yang saya ceritakan diatas. Di era itu; 70-an, konsep CSR dan COMDEV mungkin belum pernah dibicarakan secara fokus. Alih-alih mengenal ISO 26000 yang baru saja disiapkan untuk mengatur pengelolaan CSR.
Yang luar biasa, mereka bertiga dengan caranya masing-masing telah melakukan sebuah kegiatan sosial dengan spirit tanggung jawab sosial terhadap tetangga (baca = masyarakat) sekitarnya. Sekarang konsep ini gencar dikenal sebagai Corporate Social RESPONSIBILITY.

Tanpa harus diatur UU, PP, KEPMEN, ISO, mereka melakukan suatu kegiatan sosial dengan tujuan yang paling mendasar, yaitu karena KEBUTUHAN, bukan sekedar TANGGUNG JAWAB. Kebutuhan karena sang pemilik ternak ayam butuh tetangga yang suportif dengan usahanya. Kebutuhan karena sang peternak sarang burung wallet sadar bahwa kotoran burungnya tentunya mempunyai efek terhadap tetangganya. Kebutuhan karena perusahaan ingin melihat komunitas yang lengkap, mandiri dan saling melengkapi satu sama lain. Mereka telah melakukan kegiatan-kegiatan yang didasari pada dasar saling membutuhkan, menguntungkan dan tidak merugikan satu sama lain.

Kini CSR/COMDEV bukan lagi konsep asing. Hampir semua perusahaan besar terikat untuk melakukan peran sosialnya, selain harus berjuang untuk tujuan utamanya yaitu tujuan Ekonomi.

Dalam perjalanannya, peran sosial ini tak lepas “ditunggangi” juga dengan tujuan-tujuan lain, yang sampai kini masih sering kita temui pada pelaksanaan CSR perusahaan modern. Misalnya sebagai media publikasi, menjaga hubungan, dan lain-lain, yang muncul dari naluri sebuah badan usaha dimana jika memungkinkan segala macam kegiatannya hendaknya memberi keuntungan langsung.

Evolusi

Kesadaran untuk berbagi dengan lingkungannya, berevolusi mengambil bentuk yang bermacam-macam.

Metode paling mendasar dan sederhana mengambil bentuk charity. Model ini yang paling banyak ditemui di berbagai perusahaan, dengan cara memberikan bantuan langsung baik berupa dana maupun sarana untuk menunjukkan tanggung jawab sosialnya pada tetangganya. Tentunya banyak hal positif yang didapat dari model ini, meski menurut beberapa pengamatan model ini akan kurang memandirikan masyarakat.

Modenya terus berevolusi seiring kesadaran sang pemberi bantuan, bahwa kemandirian adalah yang perlu ditumbuhkan, sehingga pada waktunya nanti perusahaanpun tidak akan terlalu direpoti. Maka muncullah berbagai konsep, teori dan lain-lain untuk mencari bentuk pemberian bantuan yang paling pas, sustainable dan memandirikan serta “canggih”.

Termasuk penciptaan policy perusahaan yang mendorong kemandirian pengusaha lokal, dengan membuat aturan pembelian yang berpihak pada vendor local. Ketenagakerjaan, penumbuhan ekonomi riil. Semakin melebar ke lingkungan hidup, atau yang terakhir dengan dialignkannya program-program COMDEV perusahaan dengan Millenium Development Goals (MDGs).
Hingga akhirnya, CSR atau COMDEV atau PKBL atau entah istilah apa lagi, semakin hiruk pikuk mencari bentuk, mengembangkan konsep dan melakukan praktiknya. Semua berasal dari sebuah kesadaran sederhana,sesuai kondisi kemanusiaan kita, bahwa berbagi adalah baik meski kecil sekalipun. Sama halnya dengan ucapan Nabi Muhammad SAW sekitar 14 abad lalu yang kurang lebih demikian, “Kalau kamu memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian lihatlah keluarga dari tetanggamu. Dan berilah mereka daripadanya dengan baik”.

Ya CSR or COMDEV is not really as complicated as it is that discussed in the thick books, it is merely as simple as the last line of my last paragraph.

Sep 27, 2010

Storm 2: Sebuah Keajaiban Berkomunikasi

Sejak kemunculan generasi pertamanya, hp touch screen selalu menjadi langganan. Bukan anti qwerty, tapi agak kurang nyaman dipegang. Mungkin karena jempol jari yang semakin gemuk, atau karena kesan seksi dan terasa praktis pengoperasiaannya.

Sampai saat ini, SE M600i dengan OS Symbian UIQ3, yang merupakan salah satu resistive touch screen generasi pertama masih terawat, meski harus sudah ganti screen. Disusul dengan HTC Touch Diamond, dimana seperti HTC yang lain, ber OS WM, dan merupakan salah satu very SMART phone tak terkalahkan, juga masih mulus 3D swipe screennya.

Tidak ada ketertarikan sama sekali untuk memakai BlackBerry, saat itu, meski saya sangat keranjingan internet. Dengan satu alasan simple. Karena belum ada BB touch screen. Hingga beberapa tahun lalu sebuah Blackberry dengan tag name Storm muncul. Masih belum tergerak. Sampai akhirnya saat ke Bandung setengah tahun lalu, saya menyerah untuk beralih ke BlackBerry… Dengan alasan yang simple. Ada blackberry Touch Screen… STORM 2 a.k.a Odin 9550.

Setengah tahun saya bereksplorasi dengan berpindah-pindah provider untuk menjajal layanan BIS nya (Blackberry Internet Services). Hingga akhirnya, karena rekomendasi kantor, sekarang saya lengket dengan layanan BES (Blackberry Enterprises Services).

Bagi saya pribadi, kesempatan beralih dan bereksplorasi dengan berbagai HP dengan berbagai OS (atau bahkan mulai dari yang tidak ber OS) member beberapa kesimpulan ttg segmentasi HP. Secara umum seluler akhirnya saya kategorikan menjadi tiga besar:

1. Segmen untuk komunikasi

2. Segmen untuk multimedia

3. Segmen untuk bisnis

Saya masukkan HP untuk segmen komunikasi antara lain Nokia, SE, LG, Samsung, HTC dan hp local lainnya. Dengan kecanggihannya alat ini sangat mendukung komunikasi kita.

Semakin kesini, muncul focus lebih dari beberapa seluler untuk menjadi alat Multi Media. Saya kategorikan IPhone, SE tertentu, Nokia tertentu ke dalam kategori ini.

Dan akhirnya saya kategorikan BB sebagai alat Bisnis, karena ternyata fungsi komunikasi selama ini menjadi nomor 2. Email, Instant Messaging dan Browsing menjadi fungsi nomor 1. Hal ini didukung kemampuan BB untuk selalu online 24 jam tanpa terputus, dengan daya tahan baterai seperti HP lain. Tekhnologi push email yang real time, adalah sebuah keajaiban bagi saya, yang memang sejak awal mengenal internet sudah menjajal wasantara net. Kemampuan standby untuk instant messaging dg YM, BBM, FB, dll memberi sebuah rasa addicted dan aman, karena yakin selalu bisa terhubung. Kemampuannya untuk bisa browsing kapanpun dibutuhkan, membuat hidup serasa mempunyai asisten.

Sebuah revolusi yang radikal dalam berkomunikasi!!! Atau sebuah revolusi yang semakin membuat ras manusia tergantung pada sebuah gadget…..!!!!

Jul 31, 2010

Tuhan ... Tidurkanlah Kekasih-Mu yang Letih ini.

Oleh: Mario Teguh

Adikku yang tidurnya sering tak lelap,

Malam ini rebahkanlah badanmu yang letih itu, dan serahkanlah yang tak bisa kau kerjakan kepada Tuhan.

Janganlah berserah, tapi masih mengkhawatirkan yang sudah kau serahkan kepada-Nya....

Kapankah Tuhan akan seutuhnya kau percayai, jika engkau tak henti mengatur apa yang akan dilakukan oleh-Nya?

Bisikkanlah, Tuhan ... tidurkanlah kekasih-Mu yang letih ini.
Amien.

Jul 23, 2010

Semua Berjalan Dengan Alasan

Siang itu, helper bis sekolah seperti biasanya mulai melakukan pekerjaan pembersihan, setelah selesai mengantar adik-adik ke sekolah masing-masing. Ditengah keasyikan melakukan pekerjaannya, tiba-tiba dia melihat sepasang kaos kaki yang terlihat masih baru tergeletak diatas salah satu kursi bis.

Dilihatinya dengan seksama kaos kaki tersebut. Dan jelas bahwa ukuran nya menunjukkan kalau kaos kaki tersebut untuk ukuran orang dewasa dan XL!.... Agak lama dia berusaha memahami kejadian tersebut.

“ Tadi pagi saat sebelum berangkat, tidak ada satupun benda asing ada di dalam bis, termasuk kaos kaki. Dan bis ini hanya mengangkut adik-adik, bukan pekerja atau tamu. Lantas, gimana kaos kaki orang dewasa yang masih baru dan licin karena setrikaan, serta bermerk ini tiba-tiba teronggok di salah satu kursi bisku?”………..

Dia lapor ke supervisornya, dan terlihat bahkan supervisornya tak habis pikir, bagaimana kaos kaki dewasa ini sampai di dalam bis sekolah………

==========

Empat jam sebelumnya, sekitar jam 06.30. Di rumah salah seorang pekerja.
Ayah, "Ma, mana kaos kakinya?”
Istri, "Di kursi Yah. Sudah disiapin tadi!”
Suami, "Nggak ada Ma. Ayo Ma, nih sudah mau berangkat. Tolong kaos kakinya!”
Istri, "Lho tadi disini. Coba ayah berdiri, siapa tahu kedudukan ayah.”
Suami, "Lha Mama, dibilangin nggak ada kok nggak percaya.”
Istri, "Iya ya, tadi sudah tak siapin bareng sepatunya kok? Kemana ya?” Tak ambilin yang baru aja Yah!”

==========

Empat setengah jam sebelumnya.
Mama, seperti biasa, pagi itu sibuk menyiapkan persiapan sekolah 3 anak-anak. Si kecil baru mulai masuk TK, si kakak tengah kelas lima dan teteh sulungnya kelas 2 SMP. Plus kesibukan lainnya, menyiapkan persiapan untuk sang ayah yang berangkatnya juga hampir bersamaan.

4 orang berangkat pagi, paling tidak membuat mama harus menyiapkan jadwal kecil-kecilan, mulai dari siapa yang mandi dahulu sampai makan paginya. 2 kecil terakhir masih agak manja, sehingga kadang mandipun harus dipandu, agar tidak selip dengan jadwal bis sekolah.

Pagi itu, si kakak tengah agak lama bercermin sehingga saat bis sekolah datang, dia harus terburu-buru, sambar sana sambar sini. Dia memang lebih banyak terburu-buru saat bis datang menjemput. Dan ditengah keterburuannya, tanpa sadar dia menyambar sesuatu di kursi dan dengan enteng dimasukkan di saku tasnya, bersama dengan tempat bekal minumnya.

===============

Jam 6.35 didalam bis sekolah. Seorang anak yang kalau ditilik dari bajunya adalah murid SD, sedang beringsut-ingsut terlihat malu, saat tangannya meraba botol minumnya untuk memastikan dia tidak kelupaan membawanya karena pagi ini ada kelas olah raga… tiba-tiba menyentuh sesuatu seperti kain. Dilihatnya… ternyata sepasang kaos kaki, hitam…..” ha, milik ayah!”….

Entah apa yang ada dalam pikirannya, pelan-pelan agar tidak diketahui teman-teman, bahkan kakaknya yang sedang duduk disampingnya, dia menurunkan sepasang kaos kaki ke samping tempat duduknya!...

===========

Dua hari berlalu
Istri, “ Yah tahu, kemarin waktu nyari kaos kaki, nggak ketemu. Ternyata terbawa si kakak dan katanya karena malu, diletakkan begitu saja di bangku bis………... Tolong jangan bilang-bilang ya, dia kayaknya malu..!"

=======================================

Dua hari yang lalu, saat waktu beranjak siang, di sebuah pool transport perusahaan....

Seorang helper bis sekolah seperti biasanya mulai melakukan pekerjaan pembersihan, setelah selesai mengantar adik-adik ke sekolah masing-masing. Ditengah keasyikan melakukan pekerjaannya, tiba-tiba dia melihat sepasang kaos kaki yang terlihat masih baru tergeletak diatas salah satu kursi bis.

Dilihatinya dengan seksama kaos kaki tersebut. Dan jelas bahwa ukuran nya menunjukkan kalau kaos kaki tersebut untuk ukuran orang dewasa dan XL!.... Agak lama dia berusaha memahami kejadian tersebut.

“ Tadi pagi saat sebelum berangkat, tidak ada satupun benda asing ada di dalam bis, termasuk kaos kaki. Dan bis ini hanya mengangkut adik-adik, bukan pekerja atau tamu. Lantas, gimana kaos kaki orang dewasa yang masih baru dan licin karena setrikaan, serta bermerk ini tiba-tiba teronggok di salah satu kursi bisku?”………..

Dia lapor ke supervisornya, dan terlihat bahkan supervisornya tak habis pikir, bagaimana kaos kaki dewasa ini sampai di dalam bis sekolah……… dst, dst, dst......

==========

Dan sang waktu terus berjalan berdasarkan keteraturan dan ketentuan yang telah diatur dengan akurat dan indah... Semua berjalan teratur karena suatu alasan.. TIDAK ADA YANG KEBETULAN!

Jun 7, 2010

Rest if you must, but don't you quit

Sebuah puisi motivasi yang sangat menggugah semangat! (klik judul untuk download film)

*********************************************



DON'T QUIT

When things go wrong, as they sometimes will,
When the road you're trudging seems all uphill,
When the funds are low and the debts are high,
And you want to smile, but you have to sigh,

When care is pressing you down a bit,
Rest, if you must, but don't you quit.

Life is queer with its twists and turns,
As every one of us sometimes learns,
And many a failure turns about,
When he might have won had he stuck it out;
Don't give up though the pace seems slow--

You may succeed with another blow.
Often the goal is nearer than,
It seems to a faint and faltering man,
Often the struggler has given up,
When he might have captured the victor's cup,
And he learned too late when the night slipped down,

How close he was to the golden crown.
Success is failure turned inside out--
The silver tint of the clouds of doubt,
And you never can tell how close you are,
It may be near when it seems so far,
So stick to the fight when you're hardest hit--
It's when things seem worst that you must not quit.

- Author unknown

Jun 6, 2010

Teknologi Yang Semakin Menantang Kodrat Kemanusiaan

Beberapa minggu lalu saat kami sedang setting video conference call, seorang kolega sambil mengetes suara dan kesiapan alat di kedua pihak, nyeletuk kepada rekan kerja di seberang sana, di Jakarta. “Mas, ni kacang. Tolong keluar dari layar dan ambil sendiri”. Masih iseng beliau terus bertanya terutama kepada rekan-rekan yang ada di ruangan, “Coba ya, tiba-tiba tangannnya dia keluar dari layar monitor, dan tiba-tiba ambil kacang yang kita tawarkan, he,he,he…!”. Disahuti oleh tertawaan rekan-rekan lain.

Hari itu, mood saya lagi bagus, sehingga masih punya semangat menimpali. “Mungkin saja mas, suatu saat nanti hal itu bisa terjadi." Sama halnya, kalau kita tanya nenek kita, apa pernah waktu itu beliau membayangkan bahwa sekarang kita bisa berhadapan muka satu sama lain dari tempat yang berjauhan seperti ini, ngobrol, diskusi bahkan kadang-kadang marahan?. Apa pernah beliau-beliau membayangkan bahwa cara kita berkirim surat tidak lagi melalui pos, tapi melalui e-mail atau handphone, yang hanya dengan sekali klik, dan dalam sepersekian menit atau bahkan detik sudah sampai ditujuan. TIDAK PERNAH.

Jangan-jangan, saat itu membayangkanpun beliau-beliau akan kesulitan. Saking susahnya membayangkan hal-hal yang bersifat modern seperti saat ini, bahkan menurut cerita, seorang kiyai terkenal, disebuah kota kecil, sampai akhir hayatnya tidak pernah percaya kalau manusia pernah menginjakkan kakinya di bulan…. “Ah itu boong-boongan”, kata beliau dengan enteng.

Membayangkan jaman dulu saat sekolah, menulis surat dengan ditulis tangan halus. Lama kemudian diketik baik memakai mesin ketik atau program WS computer yang mana pada saat itu, hal tersebut adalah sebuah kemewahan.

Dibeberapa kesempatan saat ini, saat sedang membuat memo dan sering di koreksi saat routing, sesekali saya membayangkan “ Gimana ya jaman dulu, kalau sedikit-sedikit draftnya dicorat-coret seperti ini!”. Ngetik ulangnya ya jelas dari awal....
Ya, memang kecepatan perkembangan teknologi sungguh tak terbayangkan.

Contoh lain tentang teknologi yang “terlalu” cepat berkembang adalah telepon. Sepertinya belum terlalu lama ketika kita bersyukur sekali saat ada wartel yang isinya deretan telepon koin, kemudian disusul dengan telepon kartu. Tiba-tiba sekarang, telepon berubah menjadi barang yang paling intim dengan manusia. Karena hampir setiap hari dia nempel dengan kita.

Dari segi fisik, susah jika saat itu membayangkan bahwa handphone saat ini hanya segenggaman tangan. Belum dari segi kualitas, dimana saat ini tidak perlu lagi tombol dan stylus, karena tinggal kita usapkan jari, maka handphone akan beroperasi.

Kondisi ini membuat beberapa orang mulai mengkawatirkan perkembangan teknologi yang seakan-akan terlalu laju dibanding kodrat dasar manusia. Ambil contoh jejaring social, semisal facebook, twitter, messenger, dan lainnya. Dari segi social ada yang mengkawatirkan, karena teori standar yang menyatakan bahwa manusia perlu bersosialisai (secara fisik), mulai memudar. Orang mulai nyaman bersosialisasi lewat dunia yang tidak nyata; dunia maya. Kita cukup puas ngobrol dengan memakai computer. Kita semakin jauh dengan tetangga, dimana dulu mereka dijuluki sebagai “saudara terdekat” selain “saudara kandung” yang jauh dimata.

Pertanyaannya adalah “Siapkah manusia menghadapi tantangan yang mungkin akan mengikis “kemanusiaan” mereka?”
“Siapkah kita menerima jika suatu saat nanti untuk mengambil kacang yang sedang disajikan di kantor Bontang, rekan saya di kantor Jakarta hanya cukup menjulurkan tangannya lewat layar televisi Conference Call?”

Atau mungkinkah cerita Plato tentang benua Atlantis yang tenggelam karena rusak oleh kecanggihannya sendiri akan kembali mengambil bentuknya saat ini?
Ternyata kecanggihan teknologi selain menggembirakan, juga cukup mendebarkan !!!

Assess yourself!


Dulu, waktu masih menghandle kelas pekerja, saya sering bertanya kepada Bapak-Ibu, apa yang dilihat dari gambar diatas? Bagaimana menurut anda?

GO GREEN

May 29, 2010

Amazing Facts You Never Knew About Yourself

Medical term for belly button is umbilicus.
Those who smoke a pack of cigarettes a day drink half a cup of tar a year.            
Humans are the only creatures capable of drawing a straight line.
On average, an individual grows over 450 miles of hair in a lifetime.
When a person smiles, 17 muscles are engaged.
Human DNA contains 80,000 genes.
Men shorter than 4.2 feet and women shorter than 3.9 feet are considered dwarfs.
White blood cells live in the human body for 2 to 4 days, while red blood cells live up to 3 to 4 months.
Every human bends her finger 25 million times in a lifetime.
Human heart is equal in size to a human fist. Average weight of an adult’s heart is approximately 0.5lbs.
Human body contains four minerals: apatite, aragonite, calcite, and christobalite.
Human brain generates more electric impulses in a day than all telephones of the world combined.
The loss of vision caused by exposure to bright light is called snow blindness.
Total weight of bacteria living in the human body is 4.4lbs.
Human brain produces 100,000 chemical reactions per second.
Babies are born without kneecaps, which form only at the age of 2 to 6.
The area of human lungs’ surface is equal to that of a tennis court.

At birth, a baby’s brain contains 14 billion cells, and this number does not increase till death. On the contrary, after the age of 25 it decreases by 100,000 cells per day. Reading a page of text in a minute kills approximately 70 cells. After the age of 40, the brain degradation is accelerated, and after 50, neurons shrink and brain volume reduces.
The human small intestines are 8.5 feet long during life. After death, when the muscles of the bowel walls relax, it may reach over 19 feet.
An average human has approximately 2 million of perspiratory glands. An average adult person loses 540 calories with a liter of sweat. Men perspire 40% more than women.
The right lung holds more air than the left one.
An adult person makes approximately 23,000 breaths a day.
In a lifetime, the female body produces 7 million egg cells.
The human eye is capable of differentiating 10,000,000 hues.
There are approximately 40,000 bacteria in the human mouth.
It is impossible to sneeze with your eyes open.
The human spine contains 33 to 34 spinal bones.
Women blink twice as often as men.
The smallest cells in the male body are sperm cells.
The strongest muscle in the human body is the tongue.
There are approximately 2,000 taste buds in the human body.  
Babies are born with approximately 300 bones, and adults have only 206 bones.
Human body contains enough fat to produce seven pieces of soap.
Nerve impulses in the human body travel with the speed of approximately 90 meters a second.
42. 36 800 000 – a number of heartbeats a person experiences in a year.
Men suffer from color blindness 10 times more often than women.
Nearly half of all human bones are located in wrists and feet.
When in doubt, medieval doctors diagnosed patients with syphilis.
People with blue eyes are more sensitive to pain than others.
Fingernails grow 4 times faster than toenails.
A person changes her skin approximately 1,000 times in a lifetime.
There are over 100 viruses causing running nose.
There are nearly 46 miles of nerves in an adult’s body.

Source: http://english.pravda.ru

May 16, 2010

a Lady behind a Lucky Man

Tidak ingin direcoki oleh protokoler, seorang pejabat tinggi keluar dengan sembunyi-sembunyi hanya dengan disopiri istrinya. Setelah puas keliling sebagian wilayah yang selama ini dipimpinnya, mereka memutuskan untuk pulang. Sebelum masuk ke area perumahan, sang istri pejabat ingat untuk mengisi bahan bakar mobilnya.

Masuk ke pompa bensin, sang istri turun dan mulai membuka percakapan dengan petugas pompa. Dari spion mobil, terlihat oleh sang pejabat, betapa istrinya sangat akrab dengan petugas pompa bensin. Mereka bercakap-cakap dengan rileks menunjukkan bahwa mereka telah kenal lama.


Setelah bbm penuh dan istri kembali naik mobil dan mulai menjalankan kendaraan, dengan sedikit nada curiga pak pejabat menanyakan perihal petugas pompa bensin kepada istrinya.

"Oh, itu Ahmad.... mantan pacar gue waktu SMA. Dia ternyata tinggalnya deket-deket sini mas!", jawab sang istri enteng.

Dengan masih agak kesel, suami; sang pejabat, dengan tanpa beban menimpali, "Lha untung saja lho kawin sama gue. Kalau jadian sama dia, kan lu jadi istrinya tukang pompa bensin". Katanya mantap, puas dengan statemennya.

Namun tanpa disangka, sang istri menjawab celetukan suaminya, sambil tersenyum," Atau kebalikannya mas. Kalau aku jadian sama dia, mungkin dia sekarang yang jadi pejabat dan mas yang jadi petugas pompa bensin!!!!!!!".

Feb 19, 2010

Why Bees Don't Care What Humans Think




According to aerodynamical rules, a bee cannot fly.

However, the bees keep on flying, because they don't care what humans think is impossible.

Feb 4, 2010

KEPERCAYAAN

Jika ingin mengetahui pentingnya sebuah kepercayaan, salah satunya bisa dengan cara menonton sebuah film berjudul "Eagle Eye". Dan pagi tadi setelah sholat subuh, HBO memutar film tersebut. Meski kali kedua, namun tak bosan-bosan rasanya melihat adegan-demi adegan, yang dilengkapi dengan efek canggih.

Film dibuka dengan diidentifikasinya sebuah iring-iringan mobil di sebuah negara yang sedang bergolak . Oleh pasukan Negara Adidaya yang menggunakan tekhnologi canggih, yang dikenal dengan Proyek Eagle Eye, iring-iringan tersebut bisa dimonitor dan berusaha untuk diidentifikasi sebagai buronan teroris.

Meski tidak direkomendasikan oleh Eagle Eye untuk diserang, karena kemungkinan kecocokan ybs dengan teroris yang diburu hanya 51%, dan diperkuat oleh Defense Secretary agar misi dibatalkan, namun Presiden Negara Adidaya tersebut tetap memutuskan untuk merudal iring-iringan tersebut yang ternyata sedang memakamkan seseorang. Layar seketika gelap dan scene berpindah ke sebuah kota besar.

Film dilanjutkan dengan proses menyatukan dua pemeran utama, yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh sang Eagle Eye, untuk membayar ketidakpercayaan pejabat pemerintah, sekaligus penciptanya, kepadanya. Dengan cara mengaktifkan operasi guletin, untuk mengeliminasi tokoh penting pemerintahan, mulai dari Presiden sampai pihak-pihak terkait lainnya. Dan tokoh-tokoh baik mulai berjatuhan.

Eagle Eye adalah sebuah super computer yang dioperasikan oleh Angkatan Udara. Kecanggihannya mampu merangkai semua fakta-fakta sehingga bisa dijadikan bahan yang sempurna untuk memberi rekomendasi. Dia mampu menghack semua perangkat yang terhubung secara elektronik. Jaringan telpon, kamera CCTV yang ada di titik2 tertentu, mengatur lampu lalu lintas, mengontrol jaringan listrik, mengendalikan alat-alat berat, memonitor gerak bibir dan menerjemahkannya, mengendalikan kereta bawah tanah, pesawat militer, mobil, bahkan mengendalikan pikiran sang target.

Pertanyaanya adalah: “Lantas mengapa akhirnya Eagle Eye menjadi senjata makan tuan bagi penciptanya yaitu Pemerintah Adidaya tersebut?” Jawabannya sungguh di luar dugaan!! Karena KETIDAKPERCAYAAN!!!


Ingat narasi saya diawal film?  Saat Eagle Eye merekomendasikan kepada pengambil keputusan untuk tidak menyerang, karena kecocokan target hanya 51%, rekomendasi tersebut tidak diikuti oleh Pemerintah, sehingga jatuh korban sipil. Dan komputer menerjemahkan hal tersebut sebagai sebuah pelanggaran kemanusiaan yang menurut program buatan di "otak"nya, hal tersebut dikategorikan sebagai sebuah kejahatan dan harus diberi balasan.

++++++++++++++++++++++

Melihat film tersebut, melayangkan pikiran saya ke beberapa peristiwa-peristiwa sesungguhnya yang pernah saya alami, khususnya yang terkait dengan Kepercayaan.

Intinya, pada saat kita tidak dipercaya atas kompetensi atau expertise atau atas tanggung jawab yang diberikan, maka pada tataran tertentu hal tersebut lebih menyakitkan daripada sebuah hukuman yang serius sekalipun…….