Jika ingin mengetahui pentingnya sebuah kepercayaan, salah satunya bisa dengan cara menonton sebuah film berjudul "Eagle Eye". Dan pagi tadi setelah sholat subuh, HBO memutar film tersebut. Meski kali kedua, namun tak bosan-bosan rasanya melihat adegan-demi adegan, yang dilengkapi dengan efek canggih.
Film dibuka dengan diidentifikasinya sebuah iring-iringan mobil di sebuah negara yang sedang bergolak . Oleh pasukan Negara Adidaya yang menggunakan tekhnologi canggih, yang dikenal dengan Proyek Eagle Eye, iring-iringan tersebut bisa dimonitor dan berusaha untuk diidentifikasi sebagai buronan teroris.
Meski tidak direkomendasikan oleh Eagle Eye untuk diserang, karena kemungkinan kecocokan ybs dengan teroris yang diburu hanya 51%, dan diperkuat oleh Defense Secretary agar misi dibatalkan, namun Presiden Negara Adidaya tersebut tetap memutuskan untuk merudal iring-iringan tersebut yang ternyata sedang memakamkan seseorang. Layar seketika gelap dan scene berpindah ke sebuah kota besar.
Film dilanjutkan dengan proses menyatukan dua pemeran utama, yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh sang Eagle Eye, untuk membayar ketidakpercayaan pejabat pemerintah, sekaligus penciptanya, kepadanya. Dengan cara mengaktifkan operasi guletin, untuk mengeliminasi tokoh penting pemerintahan, mulai dari Presiden sampai pihak-pihak terkait lainnya. Dan tokoh-tokoh baik mulai berjatuhan.
Eagle Eye adalah sebuah super computer yang dioperasikan oleh Angkatan Udara. Kecanggihannya mampu merangkai semua fakta-fakta sehingga bisa dijadikan bahan yang sempurna untuk memberi rekomendasi. Dia mampu menghack semua perangkat yang terhubung secara elektronik. Jaringan telpon, kamera CCTV yang ada di titik2 tertentu, mengatur lampu lalu lintas, mengontrol jaringan listrik, mengendalikan alat-alat berat, memonitor gerak bibir dan menerjemahkannya, mengendalikan kereta bawah tanah, pesawat militer, mobil, bahkan mengendalikan pikiran sang target.
Pertanyaanya adalah: “Lantas mengapa akhirnya Eagle Eye menjadi senjata makan tuan bagi penciptanya yaitu Pemerintah Adidaya tersebut?” Jawabannya sungguh di luar dugaan!! Karena KETIDAKPERCAYAAN!!!
Ingat narasi saya diawal film? Saat Eagle Eye merekomendasikan kepada pengambil keputusan untuk tidak menyerang, karena kecocokan target hanya 51%, rekomendasi tersebut tidak diikuti oleh Pemerintah, sehingga jatuh korban sipil. Dan komputer menerjemahkan hal tersebut sebagai sebuah pelanggaran kemanusiaan yang menurut program buatan di "otak"nya, hal tersebut dikategorikan sebagai sebuah kejahatan dan harus diberi balasan.
++++++++++++++++++++++
Melihat film tersebut, melayangkan pikiran saya ke beberapa peristiwa-peristiwa sesungguhnya yang pernah saya alami, khususnya yang terkait dengan Kepercayaan.
Intinya, pada saat kita tidak dipercaya atas kompetensi atau expertise atau atas tanggung jawab yang diberikan, maka pada tataran tertentu hal tersebut lebih menyakitkan daripada sebuah hukuman yang serius sekalipun…….
No comments:
Post a Comment