Catatan Perjalanan.
Dec 8, 2021
Sep 22, 2021
Untold stories: Survivor/ Penyintas COVID 19
Obat atau semacam plasma Gammaraas diberikan selama beberapa hari dg injeksi melalui infus, dan saat tersebut saya selalu dimonitor ketat oleh para perawat.
Dec 14, 2020
Tips Aman Traveling Saat Pandemik COVID 19
Oct 24, 2020
Orang Baik Jadi Korban part 2
Fokus saya waktu itu adalah pertanyaan, kenapa mahal? Dia melanjutkan bahwa dengan kita tidak jujur, maka akan didirikan otoritas pengawasan. Otoritas pengawasan tentunya akan perlu biaya. Dan biaya untuk operasi SEBUAH otoritas pengawas ternyata memang tidak murah. Apalagi jika, karena saking parahnya kondisi ketidakjujuran kita, harus dibuat lebih dari satu pengawas.
Ongkos ketidakjujuran yang kedua, yakni ketidaknyamanan, baru bisa saya hayati hari-hari belakangan ini. Hari-hari menghadapi tim audit (keuangan, bukan audit kinerja, performance) adalah hari-hari yang tidak nyaman, panjang, melelahkan dan menghabiskan waktu.
Padahal beberapa waktu lalu, saat baru masuk ke perusahaan, saya terkagum-kagum dan bangga akan banyaknya jalur audit, bisa-bisa kalau diitung sampai 2 – 3. Mulai dari audit internal, audit pemerintah sampai audit pemilik saham. Kenapa bangga? Karena sekilas kelihatan gagahnya jika sebuah sistim/unit harus dijaga oleh tim audit.
Namun pemahaman saya mulai terkikis. Saya sekarang semakin kuatir bahwa banyaknya tim audit, adalah gambaran betapa kita berada didalam lingkungan yang tidak bisa dipercaya, tidak berintegritas, tidak mature dan tidak jujur !!!!!!!!!!!!!!!
Dan hari-hari belakangan ini, saya pribadi mulai semakin bisa memaknai ucapan pak Direktur saya yang dulu bahwa ketidaknyamanan juga adalah "ongkos mahal" yang harus dibayar dari pengawasan yang bertujuan agar sistim dan uang tidak diselewengkan .
==============
Ironisnya, ketidaknyamanan itu harus dirasakan oleh semua, termasuk mereka-mereka yang jujur (bahkan ini yang sering ketiban beban), karena audit tidak akan mau tahu apakah anda jujur atau tidak. Yang penting jika waktunya ngaudit, semua akan dibuat tidak nyaman. Ironis, jika karena pelanggaran, kecurangan, ketidakjujuran hanya dilakukan oleh 1%-5% personnel, namun yang dibuat tidak nyaman harus seluruh pekerja. Ironis, jika biaya audit, semakin hari semakin naik, padahal sesungguhnya bisa kita gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, misalnya.
Berbicara lebih luas, skala Indonesia, saya mulai berpikir, betapa banyaknya ongkos/biaya yang bisa dihemat jika tidak ada KPK, BPKB, dan Badan-Badan audit lain….. Betapa bisa kita gunakan anggaran badan2 audit tersebut untuk membangun tangggul agar tidak banjir, memperbaiki sekolah agar tidak roboh, membina UMKM agar masyarakat mandiri….
Dan betapa nyamannya hidup jika hari-hari kita bisa dilalui hanya dengan fokus ke pekerjaan, tidak perlu menyiapkan berkas-berkas untuk auditor, tidak merasa dicurigai, dan lain-lain….
Namun saya lagi-lagi kuatir "impian" saya hanya tinggal impian.... tidak pernah menjadi nyata!!!!
Oct 16, 2020
4,5 Tahun Bersama IKIP Malang
Setelah sekitar 25 tahun lalu lulus dari IKIP Malang, saya selalu merasa beruntung sekali bisa menjalani sebagian dari usia saya di sana.
Kuliah dg modal pas-pasan, khususnya ekonomi (kalau otak dan tampang kayaknya masih diatas rata-rata😀), IKIP Malang bisa mentransformasi saya menjadi diri saya sekarang. Kepuasan menjadi saya sekarang mungkin relatif bagi orang lain, tapi saya tidak pernah menyesal menjadi diri seperti sekarang krn salah satunya dibentuk oleh IKIP Malang.
Disana saya mengenal perjuangan hidup. Disana saya diajari berpikir logis dan sesuai nalar. Disana saya belajar memahami orang. Disana saya melihat role model (Bpk/Ibu Dosen) yang luar biasa. IKIP Malang tidak hanya mengajari content mata kuliah, namun cara mengajar dan mendidik. Bapak/Ibu Dosen yang full capacity mencontohi saya menjadi pribadi yang humble dan berjiwa sosial.
Disana saya belajar menjadi Ketua HMJ, Ketua Senat, berdemokrasi termasuk mengenal politik dan memanage organisasi. Modal skill dan knowledge yg saya dapat di IKIP Malang semakin lengkap dengan adanya ketrampilan ekstra kurikuker yg difasilitasi secara lengkap di almamater ini.
Disana saya pertama kali mempunyai penghasilan, berbisnis dan bekajar bekerja. Disana saya bisa menghargai penghasilan sekecil apapun karena dihasilkan dengan perjuangan yang murni; mulai dari menerjemahkan, mengajar sehingga latihan bisnis lainnya. Disana pula saya belajar bahwa dalam bisnis dan hidup semakin banyak anda berbagi atau bermanfaat bagi orang lain, ternyata semakin banyak yang anda dapatkan.
Disana saya belajar berkeluarga. Krn disanalah saya bertemu jodoh saya. Bukan hal yang gampang namun penuh perjuangan dan romantika.
Selamat berulang tahun yang ke 66 IKIP Malang tercinta, tetap bermanfaat untuk putra-putri terbaik Bangsa.
*maaf saya masih terbiasa dg IKIP Malang, bukan Universitas Negeri Malang😀
Sep 4, 2020
Siklus Kerusakan dan Pandemi COVID
Aug 29, 2020
Bersepeda (Catatan Goweser tentang Jenis Sepeda)
Ket. foto: Jalur JPG
Setelah menjajal berbagai hobi olah raga, (yang terakhir bulu tangkis) sudah lebih dari dua tahun terakhir saya mencoba hobi atau olah raga baru. Sebenarnya hobi ini bukan jenis olah raga yang betul-betul baru bagi saya, karena sejak SD saya sudah sering melakukannya; yaitu bersepeda atau bahasa kerennya gowes. Bedanya dulu saya lakukan dengan tujuan untuk mendukung aktifitas wajib misalnya sekolah, atau membantu orang tua, tetapi sekarang setelah bekerja fungsi utamanya sebenarnya untuk olah raga. Lantas bisa mengenang masa kecil, adalah sebagian bonusnya ditambah dengan bisa bersosialisasi dg pesepeda lain karena kebetulan sekarang sedang trending.
Ket. foto : hutan jalur pipa Bontang
Saya bukan pesepeda profesional (yang sampai ikut balapan), namun karena sejak kecil sudah menjadikan sepeda sebagai teman beraktifitas, dimulai saat belajar naik sepeda dengan sepeda jengki besar, kemudian SMP memakai sepeda mini, kemudian SMA (Sekitar 20 KM/hari/PP) dengan sepeda balap (roadbike) maka bisa dikatakan jika saya pantas ngomong tentang kegiatan ini (subject matter expert, hehehe).
Berdasarkan pengalaman, dibedakan dari harga sepedanya, kita akan mengenal tiga kelas sepeda. Kelas biasa, kelas menengah dan kelas atas. Kelas biasa supaya jelas mungkin saya patok dengan harga sepeda dibawah 10 juta, kelas menengah antara 10 - 25 juta dan kelas atas 25-unlimited price.
Terus terang saat ini saya dalam kapasitas sebagai pesepeda kelas biasa atau mungkin sedikit menengah meski dalam keseharian juga sering memakai sepeda kelas atas (pinjam, hehehehe).
Ket. foto: Jalur tanjakan cintaUntuk lebih gampang dipahami oleh pembaca, kali ini saya membahas sepeda/gowes bukan dari sudut harganya, namun dari jenis sepeda yg digunakan sehari-hari berdasarkan pengalaman nyata saya.
Jika dikombinasi antara jenis sepeda dengan fungsinya untuk olahraga maka paling tidak ada lima jenis sepeda yg biasanya digunakan oleh para goweser, yaitu:
1. Mountain bike / offroad bike. Sepeda jenis ini lebih sering digunakan untuk gowes di area yang tidak rata, area gunung, hutan, naik turun, dan kondisi off road lainnya. Sepeda jenis ini ditandai dengan adanya kelengkapan shock breaker depan dan belakang (istilahnya full suspension). Diperlukan ketrampilan pengendalian sepeda di area seperti ini selain diperlukan performance sepeda yg top agar kegiatan berjalan lancar. Dan yang jelas diperlukan stamina khusus bagi goweser yg hobi off road seperti ini.
Kelebihan bersepeda jenis ini, kita punya banyak kesempatan untuk menikmati pemandangan yang menyegarkan pikiran, dan pas menjadi tempat refleksi, selain tentunya pas sekali untuk membakar kalori serta melatih paru-paru kita agar tetap sehat..
Berikut beberapa moment saat penulis sedang offroad..
Ket. foto : Jalur Colorado
Ket. foto : Jalur Mangrove (saat awal masih boleh masuk dg sepeda)
Ket. foto: Jalur becek.
Ket. foto: Jalur sawit
Ket. foto : Jalur Masdarling
Ket. foto: Enaknya rame-rame
2. On road Bike. Jenis sepeda ini lebih pas digunakan untuk jalan raya, jalan rata, naik turun ok tapi tidak ekstrem. Bisa sepeda balap, fixy, atau sepeda semi off road. Endurance adalah target olah raga ini.
Ket. gambar: jalur konkret loading dock Marina (gambar 1), jalur Bontang Kuala (gambar 2-4)
Ket. foto: Kota-kota Bogor
3. Sepeda Lipat (Seli). Sepeda jenis ini dikenal sebagai sepedanya orang kantoran, karena sifat praktisnya. Sepeda ini biasanya bisa dilipat, dimasukkan bagasi, dibawa ke ruang kantor dan didesain untuk jalan perkotaan.
Contohnya:
4. Sepeda Listrik (SELIS). Sepeda jenis ini muncul agak terakhir dunia sepeda. Setelah teknologi baterai semakin portabel dan tahan lama, maka penggemar sepeda jenis ini juga semakin tinggi. Diawal kemunculannya lebih didesain untuk daerah perkotaan, namun akhir-akhir ini juga sudah didevelop oleh merek-merek ternama sepeda listrik yg digunakan untuk offroad dengan dukungan full suspension.
Didalam foto di bawah ini, goweser nomor 2 sedang memakai sepeda listrik yg bisa digunakan untuk offroad.
Goweser pemakai sepeda ini sangat terbantu dengan daya listrik yg
dihasilkan oleh baterai, dan biasanya dikhususkan untuk mereka yg
staminanya kurang mendukung tapi semangat gowesnya tetap membara. Meski
para penghobi umum juga mulai melirik sepeda jenis ini.
5. Sepeda Statis. Bagi goweser yg terkendala sehingga tidak bisa main sepeda keluar mungkin karena hujan atau cuaca yg kurang mendukung atau waktu yg sempit, kesempatan mencari keringat harus tetap didapat. Salah satu caranya adalah dengan bersepeda dirumah. Untung ada sepeda statis seperti di bawah ini. Prinsipnya hampir sama dengan bersepeda diluar, namun tentunya tidak ada pemandangan yang bisa dilihat..
Itulah guys lima jenis sepeda yang secara umum digunakan oleh goweser kita. Sebelum mengakhiri tulisan, saya ingatkan agar selalu aman dalam bersepeda dengan cara selalu mematuhi aturan lalu lintas yang ada dan jangan lupa menggunakan pengaman bersepeda misalnya, helm, sepatu, baju dan celana khusus, lampu untuk nite riding serta apparel lainnya, tas sepeda, tempat minum dan kelengkapan lain-lain yg diperlukan.
Selamat Gowes, sehat selalu...!