Nov 30, 2008

Pesta di Atas Atap - Roof Top Party -

Malam ini, sehabis berputar-putar di seputaran Bandung Timur, aku coba menghibur diri dengan ikut sebuah pesta sekaligus makan malam di atas atap hotel. Alunan live musik dan suara merdu penyanyi ternyata tidak juga menarik minatku untuk duduk tenang. Sehabis makan malam, terasa tidak ada lagi yang menarik.

Perlahan aku bergeser keluar arena, ke pinggiran atap. Sekeliling selepas pandangan mata, terlihat lampu malam yang menerangi kota Bandung seakan tak pernah padam, baik yang berasal dari gedung2 pencakar langit maupun penerangan city walk atau apalah istilahnya.

Namun kali ini, tidak seperti pemandangan malam2 sebelumnya dari kamar hotel, langit malam tampak tak kalah terang oleh kelap-kelip bintang dan bulan.

Kelipnya tanpa sadar membawaku kembali ke sekitar 20-an tahun lalu, ketika di setiap musim kemarau, aku selalu ikut kakakku menjaga air untuk mengaliri tanaman jagung. Jika tidak ditunggui, jatah air bisa-bisa mengalir ke sawah tetangga.

"Dik, lihat itu yang paling besar dan terang sinarnya!. Itu bintang penunjuk arah selatan". Tiba2 suara kakak seakan mampir di telinga. Malam-malam seperti ini, dulu, kami sering telentang diatas rumput berbalut sarung yg sekaligus digunakan untuk shalat berjamah di musholla. Favorit kami adalah berbaring di atas rumput teki, di pinggir jalan masuk ke desa, diseberang sawah, sambil melihat luasnya langit. Sang bulan yang terlihat sebagian belang, sering mengusik pikiran kecilku, ttg cerita bidadari yang cantik jelita.

Ah,.... pada kemana ya teman-temanku dulu yang sering nakut-nakuti dengan suara aneh di malam2 seperti ini?????? Pasti salah satu dari mereka sedang melihat bulan yang sekarang aku lihat itu, sehingga seakan ada tali penghubung ke kenangan itu....

Tiba-tiba, lamunanku dibuyarkan oleh tepukan halus di punggung, "Mas, ayo kembali ke kamar. Sudah jam satu nih......"

No comments:

Post a Comment