Sebenarnya tujuan utama kami adalah menuruti permintaan si kecil yang minta diajak ke kebun strawberry . Maka untuk memenuhi keinginan si kecil yang tahun ini juara 1 di kelas sekaligus sebagai hadiah, kami putuskan untuk pergi bersama memetik strawberry di Ciweday sekalian menuju kawah putih dan situ patengang yang terkenal dengan batu cintanya.
Jam 9.30 kami mulai berangkat dari Bumi Panyawangan,
Cileunyi dimana kami tinggal, keluar ke jalan tol purbaleunyi. Sesampai di gate toll
KOPO, kami keluar menuju Soreang; ibu kota Kabupaten Bandung. Tepat turun dari tol, di depan pasar, sayangnya kami
dihadang macet lebih dari 30 menit, sehingga mengurangi waktu plesir yang sudah
kita rencanakan.
Selepas macet kami langsung tancap gas menuju Ciweday.
Mendekati Ciweday, jalan mulai menanjak. Untuk menghemat waktu dan mencegah
rengekan dedek kecil yang selalu menanyakan kapan sampai di kebu strawberry, akhirnya
kami berhenti di sebuah kebun strawberry yang sayangnya buahnya sudah hampir
habis . Untungnya disela2 tanaman buah
strawberry kami disuguhi tanaman buah Blackberry, yang teryata waktu saya kecil dulu sering saya
sebut sebagai buah arbei; makanan ulat
sutera...heheehhe.
Puas memetik buah, lepaslah kami dari tanggung jawab dan
rengekan si kecil. Kami langsung tancap gas menanjak sampai masuk area kawah
putih. Eitsss, jangan langsung bablas,
di pintu gerbang anda harus beli karcis. 1 buah mobil dihargai 150 ribu rp. plus
masing-masing penumpang harus beli karcis sekitar 25 ribu (kalau tidak salah ingat.)
Jika anda tidak bawa mobil, tersedia angkot khusus yang dilengkapi dengan perlindungan
untuk mencegah agar anda tidak jatuh saat menanjak atau berkelak kelok.
Dari gate masuk menuju kawah putih masih diperlukan jarak sekitar
5 kilo dengan medan tanjakan yang ekstrim. Sempat saya lirik altitude di jam
tangan Protek saya yang menunjukkan ketinggian 2000 mdpl pada saat mendekati
kawah. Kami coba buka kaca jendela mobil dan dinginnya mengalahkan dingin AC.
Sesampai ditempat parkir terakhir, sebelum turun ke kawah, jika anda ingin mengabadikan diri,
bisa foto2 dengan latar tulisan Kawah Putih yang ditulis putih. Sebelum beranjak jangan lupa
bawa masker, atau kalau anda sudah terlanjur lupa di sana banyak dijual masker
seharga 5000-an.
Untuk sampai di kawah, diperlukan jalan kaki lagi. Sesampai di bibir kawah, anda perlu menuruni tangga untuk masuk ke kawah. Berbeda dengan
Bromo dimana kita hanya sampai menanjak di bibir kawah karena untuk ke kawah sangat curam dan mungkin berbahaya , di kawah putih anda bisa langsung masuk kawah dan mencelupkan kaki ke danau belerang yang warnanya serba
putih.Sesampai disana, tiada kata yg terucap hanya "Subhanallah!."
Kawahnya betul-betul putih! Pemandangan yang sungguh sangat mengagumkan. Jika pas langit ditutupi awan putih, akan terlihat betapa seakan keduanya menjadi satu lembar kertas. Jika langitnya berwarna biru semuanya terlihat seperti sebuah lukisan yang luar biasa cantiiiik. I was very surprised that there is such a beautiful place! Saking cantiknya tak ingin rasanya saya kehilangan moment untuk diabadikan dengan camera (maklum camera baru beli...hehehe).
Sesuai pengumuman di papan saat turun ke kawah, dalam kondisi normal
dihimbau agar pengunjung tidak berada dikawah lebih dari 15 menit, maka saya
akhiri kunjungan di tengah kawah tersebut, meski bagi para penjaja belerang plastikan yang
nongkrong di pinggir kawah, yang katanya belerangnya berkasiat untuk
menghaluskan kulit, menghilangkan jerawat dll, dsb, mungkin sudah nongkrong di
sana sejak pagi.
Sambil naik kembali menuju bibir kawah, sempat saya lihat
situs gua belanda di lereng kawah.. (ngapain si Belanda dulu nongkrong di situ
ya..hehehehe.)Secara umum, kondisi sekitar kawah terlihat bersih dan rapi (harus ya, karena karcisnya mahal!), dan pengaturan serta prosedur wisata juga rapi.
Karena dikejar waktu, selepas dari area kawah putih kami
langsung menuju area wisata lain yang
berjarak tidak terlalu jauh yaitu Telaga Patengan, dimana ditengahnya terdapat
sebuah pulau dengan batu cinta.
Tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 15-20 menit sampailah
kami disana, dimana area wisata tersebut masuk dalam area PTP Nusantara VIII
Rancabali. Dari ketinggian, telaga ini telihat indah dikelilingi perkebunan
teh. Namun sayangnya masuk tempat parkir, pemandangan khas wisata Indonesia
mulai telihat. Berbeda dengan Area Kawah Putih, tempat parkir telaga-Patengang
terkesan kumuh dan crowded.Dari tempat parkir menuju tempat naik perahu ke batu cinta, disepanjang jalan disesaki oleh penjual, baik yang dadakan maupun permanen. Dan yang lebih parah lagi, untuk menyewa perahu ke batu cinta anda harus tawar menawar, tidak seperti di kawah putih yang langsung dipasang tarif. Karena alot, kami memutuskan tidak naik perahu, toh di Bontang sudah sering kita naik speed boat.
Sambil melepas lelah, kami sekedar duduk disekitar telaga
sambil menikmati buah markisa yang kami beli dipintu masuk tadi.
Pemandangan
telaga yang cantik, cukup melipur lara kami, meski kami tidak sempat berkayuh
perahu ke tengan pulau batu cinta.
Telaga Patengang
No comments:
Post a Comment