Nov 26, 2014
Jun 27, 2014
Ketika menghujat menjadi biasa
Menghujat, menjatuhkan, mengolo akhir-akhir ini menjadi sebuah hal yang biasa di media kita. Imbasnya masyarakat pembaca dan pemirsa secara otomatis menjadikan hal tersebut sebuah kebiasaan.
Sebuah fenomena sosial unik ini semakin menguatkan teori ttg betapa powerful nya media dalam membentuk sebuah budaya.
Jadi make sure bahwa anda tidak terbawa latah.
Sebuah fenomena sosial unik ini semakin menguatkan teori ttg betapa powerful nya media dalam membentuk sebuah budaya.
Jadi make sure bahwa anda tidak terbawa latah.
Feb 7, 2014
Muhibah ke Brunei
Bepergian ke Brunei, mungkin bagi sebagian orang agak “nanggung”. Kita lebih cenderung ke Singapura, Malaysia, Bangkok atau sekalian yang jauh semisal Australia, Eropa atau ke Benua Amerika dan Timur Tengah.
Karena tugas, saya dan rombongan
berkesempatan ke Brunei. Perjalanan ke Brunei seyogyanya bisa ditempuh dengan
cepat, karena kota asal saya adalah Bontang. Jika melihat peta, dan kita tarik
garis lurus dari Bontang ke utara menuju Brunei harusnya jaraknya kurang lebih antara
Bontang dengan Balikpapan atau Banjarmasin. Namun karena kendala transportasi,
itinerary jadi agak muter-muter yaitu melewati Jakarta baru menuju Brunei
Darussalam.
Rombongan besar kami dengan jumlah sekitar
45 orang . Bepergian dengan rombongan besar tentunya banyak keuntungan. Antara
lain, perjalanan sudah dikoordinir dan yang pasti kekawatiran traveling
sendirian tidak akan ditemui, misalnya takut tersesat, feeling lonely dan takut
dikerjain orang.
Kami berangkat dari Bontang tanggal 23
Januari, melalui jalan darat ke Balikpapan yang menempuh waktu tempuh sekitar 6
jam. Berangkat jam 01 dini hari tidak banyak yg bisa dinikmati selain tidur.
Sesampai di Balikpapan sekitar jam 6 pagi, kami masih harus menunggu
penerbangan ke Jakarta jam 09.00. Semalam kemudian kami menginap di Hotel FM7
di daerah Tangerang di belakang airport karena keesokan harinya kami harus
berangkat dengan penerbangan Royal Brunei Flight 738 jam 04.50 waktu Jakarta.
Salah satu yang berbeda antara Royal Brunei
dengan penerbangan lain, sebelum berangkat Video pertama yang diputar adalah
Video doa-doa perjalanan… hmmm sungguh menentramkan. Sampai di Brunei Intl Arpt
(BWN) Bandar Seri Begawan sekitar jam 8.10 waktu Brunei/Wita. Airport Brunei
yang besar terkesan sepi pengunjung, mungkin tidak banyak penerbangan yang
dilayani. Berbeda dengan airport2 yang ada di Indonesia, dibangun sebesar
apapun tidak berapa lama kemudian akan kembali menyempit oleh banyaknya orang.
Dari Airport kami naik Bas Khas, menuju
hotel Rizqun. Untungnya kami langsung dapat kamar. The Rizqun Hotel, tempat
acara sekaligus kami menginap berlokasi di tempat yang strategis, karena hotel
ini langsung connect dengan The Mall, yang kelihatannya mall terbesar di kota.
Setelah check-in dan registrasi, kami langsung
makan siang (setengah pagi, karena hari Jumat) di sebuah rumah makan Thailand.
Yang unik, seluruh pekerja restoran adalah perempuan berkulit putih berkerudung
islami yang rapi sekali, sehingga kami beranggapan mereka adalah muslim. Tapi
jangan kaget dulu saat rekan protocol kami menanyakan ke mereka, ternyata hampir
semuanya adalah warga Filipina dan karena dress code Negara Islam, maka mereka
pakai Jilbab… It’s okay…
Selesai Jum’atan, kami melakukan
kegiatan-kegiatan persiapan untuk keesokan harinya. Malam hari acara
dilanjutkan dengan Welcome Dinner The 7th Borneo LNG Conference and
Golf.
Keesokan harinya, adalah waktunya acara perusahaan
yang memakan waktu hampir sehari penuh, dan pada saat malamnya, hari itu ditutup dengan dinner
di restoran sea food pinggir pantai. Lagi-lagi saat ngobrol dengan pekerja
perempuan di restoran tersebut, kami dapati mereka rata-rata berasal dari Indonesia. Good job…rek!
Kekenyangan dan kecapekan, sesampai di hotel saya langsung menuju lautan
kapuk….
Hari kedua, program bagi non golfer, termasuk
saya, adalah Tour. Dalam acara tour di Brunei, tidak banyak tempat yang bisa dilihat. Pertama
kami berkunjung ke Muzium Brunei, kemudian ke Musium lain dimana didalamnya disimpan
barang-barang pribadi milik Sultan Brunei, termasuk keris kerajaan dan kucing
emas kiriman dari Raja Majapahit waktu itu, serta barang-barang terkait dengan
kerajaan yang sungguh luar biasa.
Selanjutnya kami diajak menuju Masjid Sultan
Brunei dimana tidak hanya kubah nya yang berlapis emas, bahkan emblem yang
menempel di sepanjang pagarnya pun
menurut pemandu kami adalah berlapis emas. Hmmm ...., dan tanpa ada polisi yang
menjaga.. wow….
Kami hanya sekedar lewat depan istana
Sultan yang diceritakan oleh pemandu kami konon mempunyai kamar 1000 lebih.
Tidak bisa kami masuk karena biasanya hanya dibuka saat Idul Fitri, Idul Adha
atau saat Ulang Tahun Sultan, sehingga cukup kami lihat menara nya dari jauh.
Kampong Ayer sungguh ditata dengan sangat rapi, seragam dan tidak beda bahkan lebih baik dari pada lokasi pemukiman yang ada di darat. Jika kita perlu benchmark tentang penaataan kawasan pemukiman diatas air, saya yakin Kampung Ayer Brunei adalah tempat benchmark yang paling bagus. Selain kondisinya sendiri yg luar biasa bagusnya, juga pengaturannya sebagai kawasan wisata telah tertata dengan sangat baik.
Para penduduk kampong ayer disiapin dengan sebuah tempat parkir mobil yang sangat luas diseberang sungai untuk mengakomodir parkir mobil mereka saat malam hari atau saat tidak beraktifitas didarat.
Dan for your info, kondisi mobil di Brunei
sungguh luar biasa kondisinya. Rata-rata baru dengan brand menengah ke atas. Dan anda
jangan terlalu berharap akan menemukan sepeda motor dijalanan Brunei, karena
hampir semuanya memakai mobil!.
Sebelum pulang ke Hotel, kami masih sempat berkunjung ke Taman Bunga yang sangat luas dan rapi. Brunei berusaha maksimal menarik wisatawan dengan dibangunnya banyak hal-hal menarik
semacam ini. Meskipun kata orang –orang, mereka nggak terlalu tertarik dengan devisa dari turis karena nggak signifikan sebagai masukan...:)
Setelah seharian penuh kami tour, waktu
istirahatpun tiba. Sebelum packing nanti malam, kami sempatkan mencari cindera mata selama
di Brunei. Dollar Brunei mempunyai kurs yang sama dengan Dollar Singapura.
Biaya hidup termasuk tinggi, bahkan saya rasa lebih tinggi daripada di Bontang.
Dan dengan jumlah penduduk yang hanya
411.000 orang dengan sumber pendapatan dari LNG dan Minyak, disertai dengan
pengelolalan Negara yang bijak oleh Sultan, bisa kita bayangkan betapa
makmurnya orang Brunei.
Menyudahi acara di Brunei, malam terakhir diadakan farewell dinner dengan berbagai hiburan. Hiburan yang disajikan baik dari Brunei maupun Malaysia juga hampir tak berbeda dengan model hiburan kalimantan, baik musik maupun tarinya. Ya... meski beda disana-sini, ada satu hal yang tidak bisa membedakan antara kami, bahwa sebagai negara serumpun, yang bahkan mungkin kakek moyangnya juga sempat bertemu jaman dulu, nafas kesamaan diberbagai hal masih kental terlihat.
Keesokan paginya kami meninggalkan Brunei dengan Royal Brunei. Dan transit sekitar dua jam di KLIA Malaysia untuk pindah ke Penerbangan Garuda. Waktu satu jam memberi kami kesempatan untuk mencari belanjaan duty-free di Bandara yang semarak dengan shopping arcadenya itu. Dan setelah waktunya, kami melanjutkan dengan Garuda, menginap satu malam di Jakarta dan pada tanggal 28 Januari kami pulang ke Bontang.
Sebelum saya akhiri titian muhibah ini ada info yg juga penting yang perlu saya sampaikan untuk mereka yang akan ke Brunei. Pergi ke Brunei
serasa tidak pergi keluar negeri. Selain memang kondisi geografisnya yang masih
di Borneo dan penduduknya yang serumpun, juga memang disana banyak ditemui warga
Indonesia. Sejak keberangkatan saya dari Jakarta, duduk disebelah kanan saya adalah
calon TKI dari Tanjung Priok yang akan berangkat ke Brunei, yang kebetulan
masih kesulitan mengisi isian Imigrasi yg berbahasa Inggris.
Sopir bis kami yang melayani sehari-hari ternyata dari Jawa Timur. Salah satu Manager hotel Rizqun adalah kangmas dari Pati yang setiap 4 bulan sekali pulang ke Jawa. Pekerja di Mall yang semula saya kira dari Tiongkok ternyata dari Pontianak. Pekerja restoran sea food yang ada diujung Brunei di pinggir pantai sana juga ternyata dari Tulung Agung…
Saya respek sekali dengan mereka; saudara-saudara kita, yang untuk hidup harus berjuang, mandiri tanpa merepotkan orang lain dan Pemerintah, serta berusaha mati-matian mencari penghasilan halal tidak korupsi, kolusi dan manipulasi meski dengan pengorbanan perasaan dan terpaksa jauh dari keluarga serta negeri sendiri. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
Sebelum pulang ke Hotel, kami masih sempat berkunjung ke Taman Bunga yang sangat luas dan rapi. Brunei berusaha maksimal menarik wisatawan dengan dibangunnya banyak hal-hal menarik
semacam ini. Meskipun kata orang –orang, mereka nggak terlalu tertarik dengan devisa dari turis karena nggak signifikan sebagai masukan...:)
Menyudahi acara di Brunei, malam terakhir diadakan farewell dinner dengan berbagai hiburan. Hiburan yang disajikan baik dari Brunei maupun Malaysia juga hampir tak berbeda dengan model hiburan kalimantan, baik musik maupun tarinya. Ya... meski beda disana-sini, ada satu hal yang tidak bisa membedakan antara kami, bahwa sebagai negara serumpun, yang bahkan mungkin kakek moyangnya juga sempat bertemu jaman dulu, nafas kesamaan diberbagai hal masih kental terlihat.
Keesokan paginya kami meninggalkan Brunei dengan Royal Brunei. Dan transit sekitar dua jam di KLIA Malaysia untuk pindah ke Penerbangan Garuda. Waktu satu jam memberi kami kesempatan untuk mencari belanjaan duty-free di Bandara yang semarak dengan shopping arcadenya itu. Dan setelah waktunya, kami melanjutkan dengan Garuda, menginap satu malam di Jakarta dan pada tanggal 28 Januari kami pulang ke Bontang.
Sopir bis kami yang melayani sehari-hari ternyata dari Jawa Timur. Salah satu Manager hotel Rizqun adalah kangmas dari Pati yang setiap 4 bulan sekali pulang ke Jawa. Pekerja di Mall yang semula saya kira dari Tiongkok ternyata dari Pontianak. Pekerja restoran sea food yang ada diujung Brunei di pinggir pantai sana juga ternyata dari Tulung Agung…
Saya respek sekali dengan mereka; saudara-saudara kita, yang untuk hidup harus berjuang, mandiri tanpa merepotkan orang lain dan Pemerintah, serta berusaha mati-matian mencari penghasilan halal tidak korupsi, kolusi dan manipulasi meski dengan pengorbanan perasaan dan terpaksa jauh dari keluarga serta negeri sendiri. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.
Subscribe to:
Posts (Atom)