Feb 7, 2014

Muhibah ke Brunei


Bepergian ke Brunei, mungkin bagi sebagian orang agak “nanggung”. Kita lebih cenderung ke Singapura, Malaysia, Bangkok atau sekalian yang jauh semisal Australia, Eropa atau ke Benua Amerika dan Timur Tengah.

Karena tugas, saya dan rombongan berkesempatan ke Brunei. Perjalanan ke Brunei seyogyanya bisa ditempuh dengan cepat, karena kota asal saya adalah Bontang. Jika melihat peta, dan kita tarik garis lurus dari Bontang ke utara menuju Brunei harusnya jaraknya kurang lebih antara Bontang dengan Balikpapan atau Banjarmasin. Namun karena kendala transportasi, itinerary jadi agak muter-muter yaitu melewati Jakarta baru menuju Brunei Darussalam.

Rombongan besar kami dengan jumlah sekitar 45 orang . Bepergian dengan rombongan besar tentunya banyak keuntungan. Antara lain, perjalanan sudah dikoordinir dan yang pasti kekawatiran traveling sendirian tidak akan ditemui, misalnya takut tersesat, feeling lonely dan takut dikerjain orang. 

Kami berangkat dari Bontang tanggal 23 Januari, melalui jalan darat ke Balikpapan yang menempuh waktu tempuh sekitar 6 jam. Berangkat jam 01 dini hari tidak banyak yg bisa dinikmati selain tidur. Sesampai di Balikpapan sekitar jam 6 pagi, kami masih harus menunggu penerbangan ke Jakarta jam 09.00. Semalam kemudian kami menginap di Hotel FM7 di daerah Tangerang di belakang airport karena keesokan harinya kami harus berangkat dengan penerbangan Royal Brunei Flight 738 jam 04.50 waktu Jakarta. 

Salah satu yang berbeda antara Royal Brunei dengan penerbangan lain, sebelum berangkat Video pertama yang diputar adalah Video doa-doa perjalanan… hmmm sungguh menentramkan. Sampai di Brunei Intl Arpt (BWN) Bandar Seri Begawan sekitar jam 8.10 waktu Brunei/Wita. Airport Brunei yang besar terkesan sepi pengunjung, mungkin tidak banyak penerbangan yang dilayani. Berbeda dengan airport2 yang ada di Indonesia, dibangun sebesar apapun tidak berapa lama kemudian akan kembali menyempit oleh banyaknya orang.
Dari Airport kami naik Bas Khas, menuju hotel Rizqun. Untungnya kami langsung dapat kamar. The Rizqun Hotel, tempat acara sekaligus kami menginap berlokasi di tempat yang strategis, karena hotel ini langsung connect dengan The Mall, yang kelihatannya mall terbesar di kota.
Setelah check-in dan registrasi, kami langsung makan siang (setengah pagi, karena hari Jumat) di sebuah rumah makan Thailand. Yang unik, seluruh pekerja restoran adalah perempuan berkulit putih berkerudung islami yang rapi sekali, sehingga kami beranggapan mereka adalah muslim. Tapi jangan kaget dulu saat rekan protocol kami menanyakan ke mereka, ternyata hampir semuanya adalah warga Filipina dan karena dress code Negara Islam, maka mereka pakai Jilbab… It’s okay…

Selesai Jum’atan, kami melakukan kegiatan-kegiatan persiapan untuk keesokan harinya. Malam hari acara dilanjutkan dengan Welcome Dinner The 7th Borneo LNG Conference and Golf.

Keesokan harinya,  adalah waktunya acara perusahaan yang memakan waktu hampir sehari penuh, dan pada saat malamnya, hari itu ditutup dengan dinner di restoran sea food pinggir pantai. Lagi-lagi saat ngobrol dengan pekerja perempuan di restoran tersebut, kami dapati mereka rata-rata berasal dari Indonesia. Good job…rek!  Kekenyangan dan kecapekan, sesampai di hotel saya langsung menuju lautan kapuk….

Hari kedua, program bagi non golfer, termasuk saya, adalah Tour. Dalam acara tour di Brunei, tidak banyak tempat yang bisa dilihat. Pertama kami berkunjung ke Muzium Brunei, kemudian ke Musium lain dimana didalamnya disimpan barang-barang pribadi milik Sultan Brunei, termasuk keris kerajaan dan kucing emas kiriman dari Raja Majapahit waktu itu, serta barang-barang terkait dengan kerajaan yang sungguh luar biasa.


Selanjutnya kami diajak menuju Masjid Sultan Brunei dimana tidak hanya kubah nya yang berlapis emas, bahkan emblem yang menempel di sepanjang  pagarnya pun menurut pemandu kami adalah berlapis emas. Hmmm ...., dan tanpa ada polisi yang menjaga.. wow….

Dan memang salah satu yang membuat saya merasa agak aneh adalah ketiadaan polisi di tempat-tempat strategis misalnya diperempatan, atau ditempat lain. Kelihatannya peran polisi sudah tergantikan oleh CCTV camera yang hampir bisa ditemui disetiap tempat. Hanya sekali saya lihat ada polisi saat mengawal (kata teman2) pangeran Brunei untuk membukakan jalan bagi Lamborgini yang ditumpangi beliau.

Kami hanya sekedar lewat depan istana Sultan yang diceritakan oleh pemandu kami konon mempunyai kamar 1000 lebih. Tidak bisa kami masuk karena biasanya hanya dibuka saat Idul Fitri, Idul Adha atau saat Ulang Tahun Sultan, sehingga cukup kami lihat menara nya dari jauh.

Selanjutnya adalah berkunjung ke kampong Ayer, lokasi awal penduduk Brunei sama halnya Bontang Kuala di Bontang. Setelah menyebrangi sungai dengan speed boat, akhirnya kami sampai di kampong ayer. Bedanya Kampung Ayer di Brunei dengan di Bontang adalah manajemennya. 




Kampong Ayer sungguh ditata dengan sangat rapi, seragam dan tidak beda bahkan lebih baik dari pada lokasi pemukiman yang ada di darat. Jika kita perlu benchmark tentang penaataan kawasan pemukiman diatas air, saya yakin Kampung Ayer Brunei adalah tempat benchmark yang paling bagus. Selain kondisinya sendiri yg luar biasa bagusnya, juga pengaturannya sebagai kawasan wisata telah tertata dengan sangat baik.

Para penduduk kampong ayer disiapin dengan sebuah tempat parkir mobil yang sangat luas diseberang sungai untuk mengakomodir parkir mobil mereka saat malam hari atau saat tidak beraktifitas didarat.  

Dan for your info, kondisi mobil di Brunei sungguh luar biasa kondisinya. Rata-rata baru dengan brand menengah ke atas. Dan anda jangan terlalu berharap akan menemukan sepeda motor dijalanan Brunei, karena hampir semuanya memakai mobil!. 

Sebelum pulang ke Hotel, kami masih sempat berkunjung ke Taman Bunga yang sangat luas dan rapi. Brunei berusaha maksimal menarik wisatawan dengan dibangunnya banyak hal-hal menarik
semacam ini. Meskipun kata orang –orang, mereka nggak terlalu tertarik dengan devisa dari turis karena nggak signifikan sebagai masukan...:)


Setelah seharian penuh kami tour, waktu istirahatpun tiba. Sebelum packing nanti malam, kami sempatkan mencari cindera mata selama di Brunei. Dollar Brunei mempunyai kurs yang sama dengan Dollar Singapura. Biaya hidup termasuk tinggi, bahkan saya rasa lebih tinggi daripada di Bontang. 


Dan dengan jumlah penduduk yang hanya 411.000 orang dengan sumber pendapatan dari LNG dan Minyak, disertai dengan pengelolalan Negara yang bijak oleh Sultan, bisa kita bayangkan betapa makmurnya orang Brunei.

Menyudahi acara di Brunei, malam terakhir diadakan farewell dinner dengan berbagai hiburan. Hiburan yang disajikan baik dari Brunei maupun Malaysia juga hampir tak berbeda dengan model hiburan kalimantan, baik musik maupun tarinya. Ya... meski beda disana-sini, ada satu hal yang tidak bisa membedakan antara kami, bahwa sebagai negara serumpun, yang bahkan mungkin kakek moyangnya juga sempat bertemu jaman dulu, nafas kesamaan diberbagai hal masih kental terlihat.

Keesokan paginya kami meninggalkan Brunei dengan Royal Brunei. Dan transit sekitar dua jam di KLIA Malaysia untuk pindah ke Penerbangan Garuda. Waktu satu jam memberi kami kesempatan untuk mencari belanjaan duty-free di Bandara yang semarak dengan shopping arcadenya itu. Dan setelah waktunya, kami melanjutkan dengan Garuda, menginap satu malam di Jakarta dan pada tanggal 28 Januari kami pulang ke Bontang.
Sebelum saya akhiri titian muhibah ini ada info yg juga penting yang perlu saya sampaikan untuk mereka yang akan ke Brunei. Pergi ke Brunei serasa tidak pergi keluar negeri. Selain memang kondisi geografisnya yang masih di Borneo dan penduduknya yang serumpun,  juga memang disana banyak ditemui warga Indonesia. Sejak keberangkatan saya dari Jakarta, duduk disebelah kanan saya adalah calon TKI dari Tanjung Priok yang akan berangkat ke Brunei, yang kebetulan masih kesulitan mengisi isian Imigrasi yg berbahasa Inggris. 
Sopir bis kami yang melayani sehari-hari ternyata dari Jawa Timur. Salah satu Manager hotel Rizqun adalah kangmas dari Pati yang setiap 4 bulan sekali pulang ke Jawa. Pekerja di Mall yang semula saya kira dari Tiongkok ternyata dari Pontianak. Pekerja restoran sea food yang ada diujung Brunei di pinggir pantai sana juga ternyata dari Tulung Agung… 

Saya respek sekali dengan mereka; saudara-saudara kita, yang untuk hidup harus berjuang, mandiri tanpa merepotkan orang lain dan Pemerintah, serta berusaha mati-matian mencari penghasilan halal tidak korupsi, kolusi dan manipulasi meski dengan pengorbanan perasaan dan terpaksa jauh dari keluarga serta negeri sendiri. Semoga Allah SWT memberkati kita semua.

4 comments:

  1. mas dari jakarta ke brunei naik royal brunei tuh beli tiketnya di mana? di jakarta ya?

    ReplyDelete
  2. banyak tempat beli tiket mas... kita dikoordinir agent

    ReplyDelete
  3. SAYA SEKELUARGA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH KEPADA AKI NAWE BERKAT BANTUANNNYA SEMUA HUTANG HUTANG SAYA SUDAH PADA LUNAS SEMUA BAHKAN SEKARAN SAYA SUDAH BISA BUKA TOKO SENDIRI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN AKI YG TELAH MEMBERIKAN ANKA JITUNYA KEPADA SAYA DAN ALHAMDULILLAH ITU BENER2 TERBUKTI TEMBUS..BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA DAN YANG SANGAT MEMERLUKAN ANGKA RITUAL 2D 3D 4D YANG DIJAMIN 100% TEMBUS SILAHKAN HUBUNGI AKI NAWE DI 085-218-379-259

    ReplyDelete
  4. KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
    beri 4 angka [5008] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI SUBALA JATI,,di no (((085-342-064-735)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 670 JUTA , wassalam.

    ReplyDelete