Jun 30, 2013

Kawah Putih

Setelah sekian lama tidak menemukan tempat seindah Bromo, saya mencoba sebuah tempat yang menurut beberapa orang keindahannya hampir sama dengan keindahan kawah gunung Bromo. Bedanya kalau gunung Bromo berada diujung timur pulau Jawa, sedangkan tempat yang saya tuju kali ini di ujung barat nya; yakni Kawah Putih.

Sebenarnya tujuan utama kami adalah menuruti permintaan si kecil yang minta diajak ke kebun strawberry . Maka untuk memenuhi keinginan si kecil yang tahun ini juara 1 di kelas sekaligus sebagai hadiah, kami putuskan untuk pergi bersama memetik strawberry di Ciweday sekalian menuju kawah putih dan situ patengang yang terkenal dengan batu cintanya.

Jam 9.30 kami mulai berangkat dari Bumi Panyawangan, Cileunyi dimana kami tinggal, keluar ke jalan tol purbaleunyi. Sesampai di gate toll KOPO, kami keluar menuju Soreang; ibu kota Kabupaten Bandung. Tepat  turun dari tol, di depan pasar, sayangnya kami dihadang macet lebih dari 30 menit, sehingga mengurangi waktu plesir yang sudah kita rencanakan.
Selepas macet kami langsung tancap gas menuju Ciweday. Mendekati Ciweday, jalan mulai menanjak. Untuk menghemat waktu dan mencegah rengekan dedek kecil yang selalu menanyakan kapan sampai di kebu strawberry, akhirnya kami berhenti di sebuah kebun strawberry yang sayangnya buahnya sudah hampir habis .  Untungnya disela2 tanaman buah strawberry kami disuguhi tanaman buah Blackberry, yang teryata waktu saya kecil dulu sering saya sebut sebagai buah arbei; makanan ulat  sutera...heheehhe.

Puas memetik buah, lepaslah kami dari tanggung jawab dan rengekan si kecil. Kami langsung tancap gas menanjak sampai masuk area kawah putih.  Eitsss, jangan langsung bablas, di pintu gerbang anda harus beli karcis. 1 buah mobil dihargai 150 ribu rp. plus masing-masing penumpang harus beli karcis sekitar 25 ribu (kalau tidak salah ingat.) Jika anda tidak bawa mobil, tersedia angkot khusus yang dilengkapi dengan perlindungan untuk mencegah agar anda tidak jatuh saat menanjak atau berkelak kelok.
Dari gate masuk menuju kawah putih masih diperlukan jarak sekitar 5 kilo dengan medan tanjakan yang ekstrim. Sempat saya lirik altitude di jam tangan Protek saya yang menunjukkan ketinggian 2000 mdpl pada saat mendekati kawah. Kami coba buka kaca jendela mobil dan dinginnya mengalahkan dingin AC.

Sesampai ditempat parkir terakhir, sebelum turun ke kawah, jika anda ingin mengabadikan diri, bisa foto2 dengan latar tulisan Kawah Putih yang ditulis putih. Sebelum beranjak jangan lupa bawa masker, atau kalau anda sudah terlanjur lupa di sana banyak dijual masker seharga 5000-an.
Untuk sampai di kawah, diperlukan jalan kaki lagi. Sesampai di bibir kawah, anda perlu menuruni tangga untuk masuk ke kawah. Berbeda dengan Bromo dimana kita hanya sampai menanjak di bibir kawah karena untuk ke kawah sangat curam dan mungkin berbahaya , di kawah putih anda bisa langsung masuk kawah dan mencelupkan kaki ke danau belerang yang warnanya serba putih.

Sesampai disana, tiada kata yg terucap hanya "Subhanallah!." 

Kawahnya betul-betul putih! Pemandangan yang sungguh sangat mengagumkan. Jika pas langit ditutupi awan putih, akan terlihat betapa seakan keduanya menjadi satu lembar kertas. Jika langitnya berwarna biru semuanya terlihat seperti sebuah lukisan yang luar biasa cantiiiik. I was very surprised that  there is such a beautiful place! Saking cantiknya tak ingin rasanya saya kehilangan moment untuk diabadikan dengan camera (maklum camera baru beli...hehehe).
Sesuai pengumuman di papan saat turun ke kawah, dalam kondisi normal dihimbau agar pengunjung tidak berada dikawah lebih dari 15 menit, maka saya akhiri kunjungan di tengah kawah tersebut, meski bagi para penjaja belerang plastikan yang nongkrong di pinggir kawah, yang katanya belerangnya berkasiat untuk menghaluskan kulit, menghilangkan jerawat dll, dsb, mungkin sudah nongkrong di sana sejak pagi.
Sambil naik kembali menuju bibir kawah, sempat saya lihat situs gua belanda di lereng kawah.. (ngapain si Belanda dulu nongkrong di situ ya..hehehehe.)

Secara umum, kondisi sekitar kawah terlihat bersih dan rapi (harus ya, karena karcisnya mahal!), dan pengaturan serta prosedur wisata juga rapi.

Karena dikejar waktu, selepas dari area kawah putih kami langsung  menuju area wisata lain yang berjarak tidak terlalu jauh yaitu Telaga Patengan, dimana ditengahnya terdapat sebuah pulau dengan batu cinta.
Tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 15-20 menit sampailah kami disana, dimana area wisata tersebut masuk dalam area PTP Nusantara VIII Rancabali. Dari ketinggian, telaga ini telihat indah dikelilingi perkebunan teh. Namun sayangnya masuk tempat parkir, pemandangan khas wisata Indonesia mulai telihat. Berbeda dengan Area Kawah Putih, tempat parkir telaga-Patengang terkesan kumuh dan crowded.
Dari tempat parkir menuju tempat naik perahu ke batu cinta, disepanjang  jalan disesaki oleh penjual, baik yang dadakan maupun permanen. Dan yang lebih parah lagi, untuk menyewa perahu ke batu cinta anda harus tawar menawar, tidak seperti di kawah putih yang langsung dipasang tarif. Karena alot, kami memutuskan tidak naik perahu, toh di Bontang sudah sering kita naik speed boat.

Sambil melepas lelah, kami sekedar duduk disekitar telaga sambil menikmati buah markisa yang kami beli dipintu masuk tadi. 

Telaga Patengang 

 
Pemandangan telaga yang cantik, cukup melipur lara kami, meski kami tidak sempat berkayuh perahu ke tengan pulau batu cinta.



No comments:

Post a Comment