Apr 3, 2013

Ganjal Pintu; Sang Teman Setia

Setelah kurang lebih 8 tahun bekerja di bagian Corporate Communication atau Public Relation atau jaman dulu dikenal dengan sebutan HUMAS, akhirnya Februari lalu saya pindah (lagi) ke kantor baru, di departemen yang berbeda. Dari pengalaman beberapa kali pindah, kali ini saya memutuskan untuk tidak membawa barang2 terlalu banyak ke ruangan baru, karena selain ruangannya lebih sempit, juga lebih tinggi ( di lantai tiga) dan saya agak kapok bawa-bawa barang banyak. Kuatir nanti pindahan lagi...:)

Dengan bantuan rekan-rekan, Sabtu 2 minggu lalu, akhirnya saya berhasil memindahkan inventaris secukupnya. Saat hampir selesai pindahan, terlihat semua beres, ruangan nyaman, perlengkapan lengkap, kecuali satu!!!!. Pintu di ruangan saya sama dengan ruangan lama saya... tidak punya ganjal. Untuk pintu normal tentunya dan pastinya dipasang kunci pengganjal di bagian bawah pintu agar pintu tidak menutup kala diinginkan tetap dibuka. Namun karena ini pintu ruangan tua, alat tersebut kelihatannya rusak, sehingga sama dengan ruangan lama saya, saya perlu ganjel kayu kecil agar pintunya tertahan tidak tertutup.

Sebenarnya, sebelumnya sudah saya niatin untuk bawa ganjal lama di ruangan lama ke tempat baru, namun mungkin karena si ganjal adalah hal kecil, dia selalu kelupaan untuk dibawa. Sehingga sejak beberapa hari sebelumnya terpaksa saya ganjal pintu dengan barang seadanya. Dan ternyata repot!!!!

Sabtu itu saat  duduk melepas lelah setelah angkat2 barang sambil menunggu barang terakhir, saya kembali melihat pintu yang bandel menutup sendiri karena ganjelnya tidak ada. Dan saya ingat kembali untuk mengambil ganjal pintu tersebut...

Sejenak saya tercenung dan saya baru sadar, bahwa ganjal pintu saya di ruangan lama telah menemani saya selama kurang lebih 8 tahun. Tiap pagi saat masuk ruang cukup saya gerakkan atau geserkan si ganjal dengan kaki untuk mengganjal pintu agar terbuka terus. Tidak pernah saya anggap dia barang berharga, meski kadang beberapa pagi saya sibuk mencari kesana kemari di kolong meja dekat pintu karena ganjalnya agak terlempar jauh saat saya pulang menutup pintu di sore sebelumnya.

Saat itu di Sabtu itu, kala memandangi pintu, saya baru menyadari betapa pentingnya ganjal kayu untuk pintu itu.

Dan mumpung belum terlambat, saya segera telpon rekan di kantor lama yang tadi mau mengangkat barang terakhir saya, untuk sekalian tidak lupa membawa ganjal pintu tersebut bersama barang pindahan saya yang terakhir.

Beberapa menit kemudian, saat rekan datang membawa barang terakhir, saya tanyakan pertama ttg ganjal yg saya minta untuk dibawa, karena saya khawatir dia akan melupakannya. Dan untungnya dia keluarkan sang ganjal pintu  tersebut dari saku belakangnya.

Wuihhhhhh!!!! seakan menemukan kembali teman lama, segera saya ambil dan saya pasang di bawah pintu. Seeettttttt langsung pintu tak bergerak dan tetap terbuka.

Meski ganjal tersebut bukan ganjal bagus seperti yang sekarang banyak dijual ditoko (seperti gambar di bawah), melainkan serpihan kayu yg dibentuk rapi, namun ternyata saya baru sadar bahwa selama ini setiap hari dia telah menemani dan membantu saya menahan pintu agar tetap terbuka. Dia pasti telah menyaksikan apa saja yang telah saya lakukan selama 8 tahun bekerja di kantor lama.....

ganjel pintu ( door stop )Contoh ganjel pintu resmi yg dijual di toko....


Ah.... ternyata ditengah rasa sentimentil yang menyelimuti rasa saya karena harus pisah dengan teman-teman lama di kantor lama yg telah sekian tahun bersama sehingga seakan saudara, ternyata ada teman lama yang masih setia menemani saya.. Si ganjal pintu!. Sang teman setia saya...