Jul 7, 2012

3 Malam di Malaysia

Karena harus terbang jam 8:50 pagi ke Malaysia dengan GA 820, maka perkiraan saya, tidak mungkin menginap di tengah kota Jakarta, apalagi saya kebagian Garuda sore dari Balikpapan di tanggal 30 Juni. Untungnya hotel Bandara yang sekarang dinamai dengan Jakarta Airport Hotel, masih mempunyai 2 kamar vacant, untuk saya dan satu keluarga teman saya.

Menginap di hotel bandara ternyata tidak sesepi yang saya bayangkan. Untuk mencari makan malam, ternyata kita cukup turun dari hotel dan langsung masuk ke ruang bandara keberangkatan internasional. Disana tentunya dijajakan banyak makanan dan souvenir. Kecapekan, saya memutuskan sekedar melihat-lihat barang 2 yang dijajakan sambil cuci mata. Sempat ngobrol dengan rekan yang akan terbang ke Shanghai untuk TRM, akhirnya tidak terlalu lama saya pun memutuskan naik untuk persiapan besok pagi.

Jam 04:00 pagi restoran hotel ternyata sudah buka. Saya putuskan makan pagi lebih awal dan langsung check in sekitar jam 06:00. Tidak terlalu sulit untuk pemeriksaan imigrasi, bahkan sekarang saya lihat lebih simple, tanpa fiscal dan isian imigrasi seperti sebelumnya, kami pun akhirnya siap terbang.

Tak lebih  dari 2 jam, kamipun tiba di negeri jiran dan turun di Sepang Airport yang terkenal dengan KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Sebagai info bagi mereka yg belum pernah ke Malaysia, untuk penerbangan budget (murah), turunnya tidak di KLIA, namun LCCT. Tidak terlalu jauh, namun kalau salah departure mungkin agak pusing juga karena beda jarak satu sama lain. Garuda biasanya turun di KLIA terminal satellite C (Kalau ingin lebih jelas silahkan lihat di www.klia.com). Untuk ke main gate guna pemeriksaan imigrasi dan pengambilan bagasi, kita harus naik train. Tidak usah bingung, karena train tersebut turun naiknya hanya di dua tempat yaitu dari main gate dan terminal satellite kedatangan dan keberangkatan. Langsung saja naik, maka otomatis dia akan mengantarkan anda ke main gate, dan dari situ akan dipandu dengan tulisan bahasa melayu yang agak aneh-aneh. Demikian juga nanti berangkatnya, langsung aja naik dan dia akan mengantarkan anda ke terminal keberangkatan. 

Untuk ke Kuala lumpur, ternyata banyak pilihan transport, namun saya ingin praktis. Lagian karena bepergian dalam kelompok 3 orang, akan lebih efisien dg satu taxi. Keluar dari pengambilan bagasi, anda akan langsung melihat loket penjualan tiket taksi. Dan saya ternyata agak keliru. Numbers really matter. Petugas penjual karcis menanyakan berapa jumlah yang akan naik taksi, dan keluarlah angka 102 RM. Hehehe.. Cuma asyiknya tidak seperti di Indonesia, kita tidak perlu lagi direcoki oleh driver dengan ongkos jalan toll. Angka tersebut sudah net sampai ke Prince Hotel & Residence, di tengah Kuala Lumpur tempat kami akan menginap. Namun jangan kaget, taksi di Malaysia kualitasnya masih jauh kalah dengan Taxi Jakarta. Untuk taxi dg kualitas sekelas Blue Bird, disana ternyata dipatok dengan ongkos yang lebih mahal….!

Setelah beli tiket taksi, anda akan dituntun oleh petunjuk2 keluar dimana taxi berada. Kebetulan saya kebagian taxi di pintu 5. Namun saya sarankan sebelum naik taxi jangan lupa tukar Rupiah ke Ringgit, untuk bekal tinggal. Di kompleks bandara, seperti di bandara lain, tidak susah mencari money changer… 

Kuala lumpur menganut waktu Indonesia tengah sehingga kami sampai disana sekitar jam 12-an. Sampai dihotel sekitar 45 menit kemudian. Dan langsung kami ambil peta untuk menuju Petronas Tower, yang disana dikenal dengan sebutan KLCC (Kuala Lumpur Convention Center). Sayangnya sesampai disana, the ticket untuk naik ke puncak tower is sold out. Wah.. rugi deh….

Pengalaman aneh adalah saat keluar dari komplek KLCC sekitar jam 19:30 malam, dan ternyata bias mentari masih terlihat jelas!!!!. Kami berpandangan satu sama lain, ini jam kita yang keliru atau memang masih siang… Ternyata disana Maghrib  jam 19:30. Hehehee. Saya jadi teringat rencana Indonesia mau menyatukan 3 waktunya menjadi satu dg WITA. Kelihatannya Kuala Lumpur yang secara geografis masuk WIB karena diatas Sumatra mamaksakan diri untuk GMT +8 (WITA) sehingga maghrib yang masih  terang berada pada jam 19:30. Dimana waktu sesungguhnya dibanding Indonesia harusnya masih kondisi jam 18:30 hehehe…..

Ada satu catatan kelebihan Malaysia. Adalah  kondisi jalan yang friendly terhadap pejalan kaki yang membuat saya kagum. Untuk menuju ke KLCC dimana petronas tower berada, dari hotel kami bisa langsung akses ke tunnel ber ac, panjang, yang mana saat keluarnya nanti sudah sampai di area tower… Love it!  Mungkin kondisi ini salah satunya yang menarik turis. Saya lihat banyak bertebaran turis dari timur tengah di sana…Katanya orang sana mereka lagi ngadem.

Wuih… saya langsung membayangkan adanya tunnel either underground atau above ground yang menghubungkan Bundaran HI dengan MONAS… Seandainya terbangun, betapa banyak yang akan berterima kasih kepada Pemerintah… Betapa turis akan merasa aman. Betapa saya yang biasanya menginap di Sari Pan Pacific Hotel akan semakin bersemangat untuk jalan kaki  jika pas ngantor di Wisma Nustantara depan air mancur HI.

Dijamin pimpinan yang bisa membangun impian saya ini akan kepilih jadi President atau Gubernur berkali-kali…hehehe..atau paling tidak saya doakan panjang umur banyak rejeki.!   Mimpi kaleeeee!

Enaknya lagi, pergi ke Malaysia rasanya tak ubahnya melancong ke daerah lain di Indonesia, semisal Padang, Bandung, Jogya, Jakarta dan lain-lain…. Semuanya terkesan Indonesia. Dan tidak seperti diberita-berita yang memberi kesan negatif atas perlakuan Malaysian thd Indonesia, Alhamdulillah selama di sana, semua baik-baik saja, tidak ada yang negatif…. .

Karena selama siang, sibuk dengan acara conference, maka kami hanya bisa keluyuran setelah jam 17:30. Kesana kemari memuaskan rasa ingin tahu, melihat gedung, mencari cindera mata dan lain-lain termasuk berkunjung ke Aquaria (semacam kebun binatang tapi khusus binatang yang ada kaitannya dengan air/kelembaban), tak terasa membuat hari berlalu dg cepat dan tiba-tiba telah datang saatnya pulang kampong ke Borneo.


Naik GA 821 jam 12:50, saya check out early jam 08:00 karena ingin mengkhatamkan KLIA yg saat saya turun cukup menarik hati kondisi shopping areanya. Naik taxi dari hotel, saya diberi 2 pilihan. Limousine (semacam bluebird) seharga RM 150 atau taxi biasa (butut) seharga RM 95. Saya pilih yang kedua.

Masuk taxi langsung disambut dengan ucapan salam dari driver, yang ternyata sudah berkali-kali mengunjungi Indonesia, baik Jakarta, Bandung, Yogya, Padang, Lamongan, Sidoarjo, Surabaya, Malang, Batu dan lain-lain… hehehehe. kalah deh kita orang borneo. Usut punya usut ternyata si Bapak berputrakan Pilot yang regular terbang ke Indonesia dan punya rumah di Podomoro City….

Cukup 45 menit, sampailah saya di Terminal keberangkatan...

Sayangnya sesampai di airport, counter GA belum buka.. hahahaha.. Untungnya KLIA full WIFI. Akhirnya sambil menunggu, saya menghabiskan waktu download update Galaxy Tab software sekitar 100 MB lebih, dengan kecepatan yang mengesankan… Hmmm makin bikin ngiri aja nih bandara!

Sekitar 2 jam sebelum terbang, baru counter GA dibuka. Setelah dapat boarding pass, anda harus naik train untuk menuju terminal C11, tempat naik GA 821. Lagi2 jangan takut salah, karena  train ini hanya berhenti di dua tempat; ujung sini dan ujung sana. Hehehehe….. Jadi tidak pernah saya jumpai adanya bis yang mengangkut penumpang dari gate menuju pesawat, karena adanya train ini…

 Jangan lupa tukar Ringgit yang tersisa sebelum pergi. Di Jakarta sih ada, namun kelihatannya lebih kompetitif di sini tukarnya… setelah puas melihat-lihat tiba waktunya masuk pesawat… dan seperti biasa, sebelum  take off, pandangan sudah remang-remang. Bangun saat makan, tidur lagi dan bangun saat landing…….. Wuih Alhamdulillah sampai di Jakarta… See you in the next journey…

2 comments:

  1. nice trit ka, aku juga mau share nih kalo kaka keluar negeri sebaiknyasewa pocket wifi aja ka. pocket wifi bisa ko di pake di malaysia, eropa, singapura dan negara lainnya. bisa sewa di wi2fly ka namanaya

    ReplyDelete
  2. Thanks. Infonya bermanfaat insya Allah

    ReplyDelete