Dec 16, 2009

Tepuk Tangan

Setiap kita pasti merasakan sebuah kebahagiaan manakala usaha dan prestasi yang dicapai dengan kerja keras mendapat apresiasi orang lain. Apresiasi tak ubahnya sebuah tepuk tangan penonton yang bisa menjadi sebuah energi pendorong untuk lebih bersemangat. Semua saya yakin setuju dengan pendapat tersebut!

Hanya saja kenormalan tersebut akan menjadi sebuah pertanyaan manakala “tepuk tangan” menjadi sebuah target utama. Tak jarang , dikehidupan nyata, banyak orang menjadi “budak” dari sebuah “tepuk tangan”. Semakin meriah tepuk tangan penonton semakin bergairah hidup kita.

Semakin negatif dan bahkan akan menjadi sebuah penyakit , jika semua yg kita kerjakan, kita lakukan demi sebuah tepuk tangan. Yang lebih menakutkan, tiada kepuasan tanpa tepuk tangan. Dan akhirnya hidup akan sangat melelahkan, karena semua yang kita lakukan perlu persetujuan orang lain, melalui tepuk tangan mereka!!!!

++++++++++++++++++

Beberapa waktu lalu saya membaca di majalah bisnis terkenal (maaf penulisnya lupa), yg antara lain menyebutkan bahwa ada tiga model terkait dengan model yg saya bicarakan diatas.


1. Look Good > Be Good
Orang yang menganut prinsip ini dikategorikan sebagai “pemeran”. Kualitas diri yang sesungguhnya bukanlah sebuah concern, asalkan semua KELIHATAN BAGUS dilihat publik atau sesuai KEINGINAN publik. Bahkan ada kecenderungan untuk menghalalkan beberapa cara, demi sebuah citra semu. Proses hanyalah sebuah “proses”, yang paling penting adalah hasilnya sesuai dengan target. Bermanuver adalah salah satu ketrampilan utama, karena akan menjadi modal utama untuk LOOK GOOD. Apa yang ada didalam tidaklah penting, karena yang diluar, yang bisa dipandang mata penonton adalah segala-galanya.

2. Look Good = Be Good
Prinsip ini adalah prinsip bisnis. Citra adalah apa yang ada di anda. Semua yang mendasari tampilan adalah kenyataan. Sehingga untuk kelihatan bagus, dia harus berjuang MENJADI BENAR-BENAR BAGUS.

3. Be Good > Look Good
Model ini merujuk pada model spiritual. Pada tataran tertentu pelaku tidak terlalu risau dengan pandangan dan tepuk tangan penonton. Melakukan yang terbaik adalah tujuan utama, meski tanpa diawasi, dikontrol bahkan tanpa apresiasi. Apresiasi hanyalah sebuah alat, bukan tujuan utama. Karena tujuan utama adalah KEBAIKAN. Intan tetap akan intan meski terpendam dalam lumpur berbau.


Jadi silahkan anda pilih yang mana. Atau kita mau pragmatis; kadang-kadang ikut model 1, kadang-kadang ikut model dua dan jika sudah putus asa, memilih model 3. Kami persilahkan!

No comments:

Post a Comment