May 21, 2009

JIKA HUJAN, UANG KEMBALI

Jam 18.30, sesuai jadual, kuambil kunci si hitam avanza 1,5 ku. Perasaan sudah beberapa minggu ini jarang kupakai si irit gesit ini, karena tiap hari dipakai antar jemput si teteh yang harus mengikuti bimbel untuk persiapan UAN. Agak kagok dengan setelan tempat duduk dan kaca spion karena setelan istri lebih rendah.

Sekilas kulihat sekali lagi hal-hal penting yang perlu kubawa; kunci Soluna titipan p. Bos, Undangan, Visitor Program tamu Expat untuk acara besok (karena kadang tengah malampun telpon berseliweran menanyakan program perusahaan), dan terakhir songkok, karena sore ini kami bertugas menghadiri undangan pembukaan MTQ propinsi.

Setelah kutukar Avanza dengan Soluna di kantor Humas, kujemput bos di rumah. Menunggu beberapa lama, akhirnya kami berangkat bareng menjemput pimpinan perusahaan untuk bersama-sama menuju pendopo kota.

Sebelum naik mobil, ku telepon petugas lapangan untuk meyakinkan bahwa seat undangan atas nama pimpinan kami telah tersedia. Maklum kalau sudah acara para pejabat, perebutan “kursi” tempat duduk tak jarang sering terjadi. Bahkan tag name nama pejabat yang sudah di tempel di tempat duduk pun kadang masih bisa pindah.

“Ok Pak Bus, round table available for our boss at pendopo for dinner. After that continue to location”, sahut p. BB disebrang sana. (Di kantor kami selalu punya initial atau nickname. Kebetulan inisial ku adalah BUS. Sedang petugas lapangan yang memonitor lapangan p. BB dan p. Mar). Lega, sebentar diskusi langsung kami berangkat dengan Camri 3000 CC. Wuih…. (Salah satu asyiknya acara gini ya paling tidak bisa numpang mobil nyaman, he,he,he…)

Di tengah jalan sempat kuintip awan yang mulai menggelayut berbarengan dengan titik-titik air hujan yang mulai berjatuhan di kaca depan. Kulirik driver dan spontan kutanyakan apa siap dengan payung. “Ok pak, siap di bagasi”. Aman.

Turun, ke pendopo kota langsung handover dengan petugas lapangan. Sambil menunggu Bapak-Bapak yang asyik bersosialisasi dan makan malam, kumanfaatkan waktu untuk ngobrol dengan teman-teman, baik dari instansi pemerintah, militer maupun perusahaan. Saking asyiknya ngobrol, kami terpaksa melewatkan makan malam di pendopo.

Cuaca semakin terlihat tak bersahabat. Setelah pimpinan settled, petugas lapangan handover tugas kembali dan mereka berdua melanjutkan ke acara pembukaan MTQ Propinsi sekitar 400 meter dari pendopo. Lagi-lagi untuk memonitor seat dan kondisi lapangan. Sempat kupesan kepada mereka, “Tolong handphone dipasang nada getar juga!”.

Tepat jam 20.00, seluruh undangan bergerak. Seperti biasa kutelepon rekan-rekan tim pendahulu, bahwa kami meluncur. Turun tepat di gerbang arena MTQ, hujan sudah mulai turun. Para petugas mulai kelabakan mencari payung.

OMG!, ternyata arena tempat pembukaan adalah arena terbuka tanpa tarub/ pelindung dari air hujan. Ya ampun, kelihatannya Panitia tidak antisaipasi atau karena punya maksud lain, padahal undangan termasuk pejabat VVIP provinsi.

Sambil mengantar maju, kulihat kursi-kursi sudah basah semua. Karena hujan mulai stabil, terpaksa asisten protocol kumintai tolong memegangi payung untuk pimpinan kami. Terakhir dia kulihat masih memegang payung tanpa bergerak, sampai sekitar dua jam kemudian. Luar biasa komitmen teman satu ini.

Lebih luar biasa lagi, ternyata meskipun hujan, panitia tetap menjalankan agenda acara seperti dalam kondisi normal, padahal para undangan sudah mulai berbasah-basah. Bapak-Ibu undangan mulai kasak-kusuk, mengeluh kenapa acara tidak dipadatkan saja dan sedikit mempertanyakan antisipasi panitia thd kemungkinan hujan turun, yang tidak dilakukan sama sekali (atau karena ada tujuan lain?). He,he,he.. untungnya malam itu aku pakai kopiah dengan keterangan "Anti Air", meski tetap basah juga.

Karena hujan semakin deras, aku mundur dan lagi-lagi ketemu teman-teman lain, termasuk panitia. Sempat kutanyakan kenapa nggak dipasang tarub. Beberapa menjawab bahwa tarub dikawatirkan akan menggangu lighting yang telah disiapkan untuk acara pembukaan dan proses pengambilan gambar TV.

AHAAAAA! Aku tahu jawabannya sekarang , mengapa teman2 panitia tidak memasang tarub, meski Bontang terkenal dengan hujannya yang tidak bisa di predisksi. Datang sesukanya!!!

Jangan-jangan teman-teman panitia menyiapkan hanya 2 pilihan. TAMPIL TERBAIK ATAU TIDAK SAMA SEKALI. (Selain alasan lain, memang tidak antisipasi hujan)

Kalau memang benar alasan yang pertama, panitia betul2 mengambil resiko acara tidak maksimal dengan tidak memasang tarub, dengan tujuan agar saat pembukaan, (jika tidak hujan) lighting dan jimmy Zip untuk rekaman (benar nggak ya ngejanya) tidak terganggu. Sebuah pilihan yang berani (meski sedikit ada gambling). Karena tahu alasannya saya akhirnya maklum juga, meski kali ini teman-teman kurang beruntung… hujan tidak mau diajak kompromi, sehingga acara yang rencananya sangat meriahpun terpaksa tidak bisa ditampilkan maksimal.

Karena hujan semakin deras , dengan berat hati kami terpaksa undur diri. Setelah Bapak-Bapak aman masuk mobil, aku terpaksa memisahkan diri karena sudah basah kuyub. Menunggui acara sebentar, akhirnya tim aku ajak pulang. Namun karena kedinginan, kami putuskan untuk cari penghangat badan. Lurus dengan arah pulang, disebrang jalan kulirik restoran Prasaja masih buka. Kami putar, turun dan ternyata menu tongseng masih tersedia. “Pesen tiga porsi Bu!”.

(Paragrap berikut termasuk salah satu bagian terbaik dari cerita ini, selain tentang 2 pilihan panitia diatas yang terkesan gambling)

Sambil makan, masih kusempatkan bertanya ke asisten protocol kenapa selama hampir dua jam dia tidak bergeming dari memayungi pejabat tertinggi perusahaan, padahal sempat ditawari gantian dengan protocol perusahaan lain yang kebetulan pimpinannya duduk bersebelahan dengan bos kami, maksudnya supaya dua-duanya tidak memayungi sekaligus tapi bergantian sambil hemat energi. Dengan enteng dia menjawab, “Wah jangan sampai pak atasan kita dipayungi orang lain. Gengsi dong. Beliau itu pimpinan tertinggi kita lho, harus kita payungi sendiri!!!!”

Sebuah jawaban sederhana, tidak rumit namun mengena. Sambil kurasakan hangatnya tongseng daging kambing, kukagumi pemikirannya tentang caranya dia mendefinisikan loyalitas. Meski itu dilakukan oleh p. Mar, asisten protocol yang selama ini kami anggap tidak pernah berpikir rumit apalagi canggih.

Tongseng malam itu terasa sangat ueenak, mungkin karena lagi lapar, atau kedinginan. Sebelum kami pulang sempat kulemparkan ide ke teman-teman. “Begini saja mas, gimana kalau aku buka jasa pawang hujan. Tagline iklannya berbunyi, “Jasa Pawang Hujan Paling Top. Jika HUJAN, dijamin uang kembali”.

Teman-teman pada terkekeh-kekeh…… “SAMA JUGA BO'ONG PAK, Itu mah sama dengan Gambling dan suka-suka sendiri. Harusnya taglinenya DIJAMIN TIDAK HUJAN”…. Kujawab sendiri dalam hati, "Ya ndak apa-apa, toh terkadang GAMBLING bisa menghidupkan dunia dan membuatnya penuh harapan!!!." (kata teman yg bener2 suka gamble)

Dan hari ini, saat kutulis blog ini, 2 hari setelah acara, ada kenang2an yang masih tersisa. M600i Sony Ericcson, HP tersayang ku tenyata saat itu terkena air hujan, sehingga touch screennya tidak berfungsi. Lalu apa guna M600i tanpa touch screen. .....:(

No comments:

Post a Comment