Jan 1, 2009

KASIH YANG TERSISA DI TAHUN BARU

Tahun baru kali ini, terpaksa saya tinggalkan keluarga karena harus tugas kantor. Padahal sudah seminggu ini anak-anak merengek pingin liburan ke Samarinda sambil menunggu liburan sekolah usai. Tapi karena rekan-rekan lain banyak yang cuti, kami akhirnya harus bergantian jaga aktifitas kantor. Dan diputuskan saya sebagai salah satu yang stay di kantor.

Untuk mengobati kekecewaan keluarga, setelah Sholat Maghrib, kuajak mereka ke Tempat Perayaan Acara di Kompleks kami. Sebenarnya, terus terang kami lebih tertarik dengan Kaki Lima nya yang menjajakan banyak pilihan makanan. Kebetulan lagi, tahun ini tempat mereka berjualan dibuat sedemikian rupa sehingga terkesan ekslusif.

Sambil menunggu anak-anak dan mama nya belanja kanan-kiri dan cuci mata, kusempatkan potong rambut. Rasanya aku sudah nggak tahan dengan rambutku yang sudah terasa tebal dan berat, karena sejak 2 bulan lalu belum sempat di sentuh tukang potong. Kebetulan tukang potong rambut juga buka sampai jam 21.00, di gedung sebelah acara. Pas sudah.

Jam sudah bergerak ke pukul 20.00 lebih sedikit, saat anak-anak sudah selesai berbelanja. Kami pulang. Habis makan malam, sekitar jam 21.00 aku kembali ke lapangan Town Centre karena beberapa Pejabat Pemerintahan akan datang menjenguk acara Tahun Baru di Perusahaan. Nggak terlalu lama sih, tapi karena perlu ada orang yang mengarahkan tempat duduk beliau-beliau, aku harus berangkat agak awal. Agak awal, karena tahun-tahun sebelumnya aku lebih suka datang larut malam, melihat sebentar sebagai ungkapan “Solidaritas” kepada rekan-rekan yang telah bersusah payah mengadakan acara. Bahkan lebih sering aku tertidur nyenyak sejak sore malam tahun baru.

Kecapekan… ? Mungkin istilah yang tepat, “capek” dalam artian bosen dengan malem tahun baruan. Ingatku melayang saat dulu masih di Malang. Kuhabiskan malam tahun baru atau liburan lainnya, nonton film misbar (gerimis bubar) di Kelud. (Masih ada nggak ya bioskop Kelud. Pasti sudah dibongkar untuk venue yg lebih strategis karena menurutku tempatnya sangat bernilai jual tinggi). Saat agak “berpenghasilan” lebih sedikit, aku rela tinggalkan tahun baru untuk nonton di Studio 21. Tahu kenapa saya lebih suka nonton film saat tahun baru. Selain tentunya karena aku suka film, suasana sepinya itu lho yang aku senang. Di saat yang lain meniup trompet, gedor-gedor apapun yang teraih ditangan, sepi adalah sebuah barang langka. Saat lulus dan mulai dapat kerjaan di sebuah Bimbel; Phi Beta (gimana ya kabarnya rekan-rekan ya, aku kangen sekali sama mereka karena kekeluargaannya yang tinggi), bahkan aku nggak pernah committed untuk malem tahun baruan, karena kami wajib ikut raker tiap tanggal 31 Desember di Kantor Pusat Surabaya. Pulang tengah malam kami lebih suka cari sate kerang di rumah makan yang kami temui di sepanjang jalan raya Surabaya- Malang. Katanya rekan-rekan sih untuk nambah vitalitas…… Ah kenangan masa lalu lagi! Benar juga kata teman-teman kalau aku memang terlalu sentimental…..

Sekira jam 22.00, tamu kehormatan pulang. Aku haus. Sebenarnya sih di Tribun VVIP ada banyak minuman. Tapi nggak tahu ya, aku lebih suka cari di tenda K5, kayaknya lebih asyik.

Pergantian tahun masih sekitar 2 jam lagi, ngapain ya???? Nonton penyanyi Ibukota?...... Ah sudah sering aku lihat di TV. Mending aku tidur ajalah karena nanti jam 24.00 aku harus masuk pabrik ikut mandu potong tumpeng. Tapi kalau pulang, bisa-bisa nggak bisa balik nih.

Aha… aku dapat ide. Kebetulan mobilku parkir nggak terlalu jauh dari tempat acara, agak gelap dan strategis. Kubuka kaca sedikit, kunyalakan musik, tapi kalah dengan suara jedar-jedor di panggung. Kumatikan lagi. Ku atur kursi untuk bisa jadi tempat telentang. Eits…. Kunyalakan alarm di HPku, ku setel untuk bunyi jam 23.00.

Kunikmati kesendirian di malam tahun baru yang gemerlap, sunyi di dalam mobil. Sekali-sekali anak-anak meniup terompet disamping mobil ,yang mengganggu tidurku dan memaksaku membuka mata lagi. Yang lebih parah, karena gelap… terdengar dua sejoli berbisik-bisik manja di sebelah kiri mobil. Mau sedikit kugoyang mobilku, tapi nggak jadi. Kasihan, mereka mungkin sudah setengah mati cari tempat “aman”, masak aku ganggu lagi.

Hingga akhirnya…..

Kembang api berletusan dan beterbangan memamerkan kecantikan dan keanggunannya, menandai bahwa aku harus siap-siap untuk acara ke pabrik. Ku cek bis sudah ok, rekan-rekan sudah berdatangan. Tinggal tunggu Bapak-Bapak turun dan kami segera meluncur ke lokasi. Lebih cepat lebih baik. Supaya lebih cepat selesai. Dan pulang!

Kebetulan bis ku yang paling depan. Kami langsung masuk ke Gate 1 dan lanjut Gate 2, masuk lebih dalam ke area pabrik yang sunyi dan hanya dihiasi dengan lampu kelap-kelip yang menurutku lebih indah daripada pesta kembang api di lapangan tadi.

Sepi sekali. Hanya nafas pabrik yang terdengar bising. Mungkin dari Boiler atau dari pipa-pipa yang berjuluran, yang mungkin berkilo-kilo meter jika diulur lurus. Trains (istilah pabrik di LNG Plants) yang sedemikian luas seakan bernyawa, manakala kulihat semua parts seakan bergetar kecil. “Mereka” lah yang selama ini menjadi media bagi Yang Maha Kuasa untuk “menghidupi” daerah kami. Sungguh kebesaran Allah yang diberikan kepada manusia luar biasa. Dengan kecerdasan dan ketrampilan, mereka membuat pabrik yang sedemikian rumit.

“Pak apa kita parkir di depan Control Room?”, pak Sopir mengagetkanku, menunjukkan bahwa kami sudah sampai ke tujuan. “Ndak bisa Pak. Kita parkir di sini terus jalan kaki”, jawabku.

Kami berjalan kaki masuk ke jantung pabrik, di tengah remang-remang lampu malam yang menyelimuti pipa-pipa pabrik, yang seakan menyambut gembira kedatangan kami di tengah kesepian mereka yang jauh dari gebyar acara tahun baru di lapangan sana.

Bising pabrik yang datar dan tak berirama sudah sering kudengar sejak sekitar 10 tahun lalu ketika aku mulai kerja di sini. Tapi malam ini suaranya sungguh berbeda dan indah. Menyentuh hati. Membuat aku sedikit merinding. Suaranya seakan desahan seorang kekasih kasmaran yang bertemu dengan kekasihnya yang sudah lama dirindukannya.

Tanpa perlu waktu lama kami masuk ke Control room, disambut rekan-rekan kami yang tidak mungkin bisa meninggalkan tempat untuk menikmati acara pergantian tahun di lapangan. Apalagi untuk melihat pesta kembang api. Bahkan cahaya kembang api yang begitu indah pun nggak mungkin bisa mereka nikmati karena ruangan dimana mereka bekerja yang tak berpintu, berjendela bahkan beratap beton.

Kami potong tumpeng. Bapak-Bapak saling berinteraksi, dan aku sempatkan bersalaman dengan rekan-rekanku di sana yang hampir sekian lama nggak ketemu. Mungkin karena saat aku kerja siang, mereka kerja malam. Ruangannya yang bersih dan dingin, terasa hangat saat kami mulai mencicipi tumpeng dan saling berbincang akrab.

Terasa ada sentuhan keindahan di acara potong tumpeng malam itu. Sebuah acara yang dipenuhi dengan semangat solidaritas, kasih sayang dan persaudaraan yang tidak mungkin bisa diungkapkan dengan kata-kata. Aku lagi-lagi tergetar…..

“Ah,…. Mengapa masih banyak hal baru yang kutemui disini, meski aku sudah lebih sepuluh tahun kerja?” tanyaku dalam hati melihat betapa dibalik pipa-pipa pabrik yang seakan tak berujung, ada pelajaran tentang humanisme yang aku dapatkan.

Ternyata aku nggak rugi, begadang di malam tahun baru 2009 sampai jam 02.00. Jiwaku terasa kaya oleh penglihatan yang kudapatkan. Semoga Allah senantiasa melindungi Kami tidak hanya untuk tahun depan, namun tahun-tahun sesudah dan sesudahnya…….dan sesudahnya… (Written for http://busori.blogspot.com)

No comments:

Post a Comment