Dec 5, 2008

Asyiknya Berbagi

Saya tak ingat sudah berapa kali pohon jambu air di belakang rumah itu berbuah, sejak sekitar 4 tahun lalu ketika pertama kali kami tempati rumah perusahaan. Tapi yang selalu teringat bahwa ketika jambu air itu berbuah, buahnya yang merah menggiurkan, sangat lebat. Meski rasanya tidak terlalu manis, agak asem dan berair, namun rona warna merahnya dan lebatnya menggoda siapapun yang melihatnya untuk mampir dan minta.

Mungkin karena merasa tidak menanamnya (tinggalan penghuni rumah sebelumnya), dan melihat buahnya yang sangat lebat seakan tak pernah habis, selama ini kami biarkan saja buah jambu air itu berjatuhan, dan menjadi kompos. Kecuali pak Kebun dan mbak Cuci yang mengambil, kadang pemotong rumput yang kebagian rejeki.

Hingga pagi tadi, saat rasa bosen tinggal didalam rumah terus menggerogoti, kami keluar ke belakang rumah. Lagi-lagi kulihat pohon jambu air yang hampir semua batangnya dipenuhi warna merah buahnya. Selintas ingatku melayang ke seorang teman yang sedang hamil dan sedang lembur. “Mbak, mau jambu, nih banyak sekali jambu air sedang berbuah. Kalau ada yang lain ajak ya teman-teman, bawa karung pun pasti nggak muat!”, kuhubungi dia lewat handphone yang selalu saya sakui, karena pemanggil rasanya tak pernah mengenal hari libur.

5 menit kemudian, 4 teman datang, dan seperti mereka yang pernah melihat buah jambu kami, teman2 pun pada ternganga melihat lebatnya jambu air. Tak menunggu waktu lama, ketiga dari mereka langsung memanjat pohon jambu sambil berseloroh ramai dan ngobrol kesana-kemari.

Di tengah asyiknya memanjat, tiba-tiba mas Budi berteriak-teriak, karena diserbu oleh kumpulan ”klanceng” si tawon kecil. Terpontang-panting dia turun, memegangi kepalanya sambil ditertawai oleh rekan-rekan yang lain. Sambil meringis kesakitan dan kepanasan karena sengatan lebah kecil yang berjumlah puluhan, dia masih belum puas mengisi kresek besarnya, mencari cabang lain untuk segera memenuhi kresek hitamnya.

Setelah sekitar 5 kresek besar penuh oleh jambu merah, kami teruskan minum es kelapa muda bergula jawa. Hasil kebun samping rumah juga. Kebetulan kemarin pak Kebun kami minta memanen kelapa kuning yang juga berbuah lebat disebelah rumah. Meski masih muda, namun nggak apa-apa daripada keduluan si tupai, yang biasanya cuma ninggalin kami kelapa bolong.

Setelah puas ngobrol sambil menikmati es kelapa muda, rekan-rekan pun kembali ke kantor sambil masing-masing membawa kresek besar penuh berisi jambu air merah. Jambu air yang selama ini kami biarkan berjatuhan dan terkesan tak bernilai, ternyata bernilai juga dalam menyambung silaturahmi. Saat berbagi, ukuran kecil besar, sedikit banyak ternyata tidak lagi menjadi sebuah masalah. Yang lebih penting, didalamnya ada ketulusan, persahabatan, persaudaraan, silahturahmi dan rasa berbagi. Asyik kan!!!!!

No comments:

Post a Comment