Sep 22, 2021

Untold stories: Survivor/ Penyintas COVID 19

Saya kurang yakin darimana ketularan COVID 19, namun ada satu hal yang mungkin menyebabkan saya gampang tertular, bahwa saat itu semangat saya sedang menurun. Hal ini mungkin menyebabkan kewaspadaan yang berkurang atau imun yang turun.
 
Tanggal 15 Juli 2021, saya di vaksin yang kedua dg Sinovac. 
Tanggal 16 pagi badan sudah tidak enakan, namun saya anggap flu biasa. Namun yang mengejutkan karena tiba-tiba saya tidak bisa membau alias hilang penciuman. Saya langsung putuskan ke rumah sakit. Setiba di RS, saya langsung di tes antigen dan PCR, krn kemungkinan besar saya terjangkit covid...dan ternyata positif antigen. Keluarga saya panggil ke RS untuk antigen dan Alhamdulillah negatif semua.


Oleh dokter disarankan untuk isoman dulu di rumah. Malam tanggal 17 hasil PCR datang dan saya positif covid varian baru Delta. Hari Senin tgl 19 pagi hari dari hasil visit dokter disimpulkan saya harus dirawat krn saturasi oksigen saya di 93 dari angka normal 95 keatas.

Saya masih bisa nyopir sendiri ke RS meski agak goyang-goyang. Dan karena lagi peak season covid, penderita COVID saat itu banyak sekali dan saya harus menunggu di Emergency room sampai sekitar jam 11 malam. Sejak tiba, mulailah saya harus memakai alat bantu oksigen.



Saat visitasi dokter, beliau melihat bahwa kondisi sakit saya serius, dan sebenarnya direkomendasikan agar dibawa ke RSUD, untuk mendapat perawatan yang lebih. Namun saya bersikukuh ingin tetap di RS perusahaan karena selain dekat rumah juga sudah familier dg kondisi RS. 

Obat pertama yg diberikan setelah di ruang perawatan RS adalah Gammaraas, meski saat isoman di kasih obat produksi fujifilm Jepang yg terkenal umum untuk Covid. 


Obat atau semacam plasma Gammaraas diberikan selama beberapa hari dg injeksi melalui infus, dan saat tersebut saya selalu dimonitor ketat oleh para perawat. 


 

Sejak saat masuk RS, nafsu makan semakin hilang, badan lemas dan sesak nafas jika lepas oksigen. 

Saya sempat melakukan analisa, bahwa hal yg paling krusial untuk saya adalah ketersediaan oksigen, sehingga pasokan oksigen sentral menjadi fokus saya, khususnya saat ada kendala, misalnya saat penggantian tabung, atau masalah dengan masker, dll. Untuk support, dikamar akhirnya disediakan juga tabung oksigen tambahan selain di kamar mandi.

Sakit karena Covid adalah sakit yg aneh. Biasanya orang sakit bisa dijenguk, namun kali ini betul-betul diisolasi 100%. Bahkan nakes yg datang pun harus berpakaian hazmat dan terbatas. Kegiatan yg saya ingat hanyalah tidur, lihat wa dan internet, minum obat yang sangat bejibun sekali minum, suntikan anti pengentalan darah di pagi dan sore hari sehingga pundak sampai lebam-lebam (selama 18 hari), dan mengaji meskipun terputus-putus krn nafas yg sangat pendek. Saya selalu usahakan mandi dipagi hari agar segar, setelah itu tidur lagi.. (mungkin memang ditidurkan sama dokter kali ya)

Pada momen tertentu saat di titik terparah, sempat juga merasakan halusinasi..... Belum lagi saat itu hampir tiap hari saya menerima kabar duka, termasuk dari sahabat dekat saat SMA dan Kuliah... sehingga semakin mencekam dan horor...

Badan turun 8-10 kilo,tidak ada makanan satupun yg bisa masuk, kecuali kiriman istri berupa bubur sruntul dan jus buah....

Tersiksa sendiri, sampai pada titik pasrah kecuali doa dan semangat agar sembuh............

Tgl 27 setelah sepuluh hari positif saya minta di PCR... sekalian oleh RS di rongten / sinar x untuk paru-paru. Alhamdulillah esok malamnya kabar gembira tiba, saya sudah negatif covid..

Namun, karena serangan Covid ke paru-paru masih meninggalkan jejak yang parah, dimana oleh dokter ditunjukkan hasil rongten penuh bercak putih, maka saya masih harus melanjutkan perawatan. Kabar baiknya tidak lagi diruangan isolasi covid yg seram, tanpa AC dan tidak bisa dijenguk, namun pindah ke ruang perawatan biasa. Dan Alhamdulillah istri sdah bisa menjenguk, meski harus tes antigen dulu.


Oleh dokter saya harus stay untuk memulihkan saturasi ke angka  normal selama 5 hari. 
Dan kembali saya mulai babak baru pemulihan paru-paru dengan diberi antibiotik khusus selama 5 hari. (Kayaknya saya dijadikan percobaan obat baru deh..:)..




Selama 5 hari tersebut, latihan nafas dan olahraga nafas semakin sering dilakukan. Termasuk penyinaran punggung dan dada, selain obat yg masih banyak meski sudah mulai dikurangi. Posisi proning yang selalu saya lakukan sejak awal masuk yaitu tengkurap, miring ke kanan dan sandar menurut saya sangat membantu penyembuhan.

Alhamdulillah, di hari kelima saat dicek saturasi sudah mulai naik diatas 95 meski belum stabil 100%. Oleh dokter akhirnya boleh pulang di tanggal 4 Agustus.




Di rumah ternyata tidak seperti bayangan saya. Long covid ternyata masih menyisakan diri. Nafas kadang masih sesak, pemulihan masih perlu waktu. Latihan jalan, sakit-sakit kecil semacam alergi, sariawan, susah BAB, dll masih tersisa dan bermunculan, Termasuk krn nggak bisa makan dan saking kurusnya, saat duduk sambil berjemur terasa tulang kayak langsung beradu dengan aspal jalan.,... sehingga saya ambil cuti kerja sekalian memulihkan diri.

Untuk melatih nafas, setiap pagi-sore saya olah raga ringan di pinggir pantai, untuk mendapatkan oksigen yang kaya dengan mineral (kata teman2 sih) selain saya juga membeli oksigen concentrator untuk jaga-jaga jika diperlukan. Pemulihan COVID 19, ternyata membutuhkan kesabaran yang tidak kalah rumitnya dengan saat di perawatan..

Dan saat saya menulis pengalaman ini, Alhamdulillah saya sudah bisa olah raga bersepeda, tennis meja dan berat badan kembali ke 79 kg.

Lesson learned: Covid memang ada. Jangan percaya hoax. Kalau pas OTG mungkin lebih ringan, namun kalau serangannya serius seperti yg saya alami, maka kita sangat butuh RS dan Oksigen. Vaksin adalah salah satu ikhtiar paling ilmiah so far untuk menghadapi COVID selain 5 M (masker, dll pasti sudah hapal kan).

 Apresiasi untuk kerja NAKES yang dengan tulus mendampingi saya. Karena saya mungkin sempat di "ujung jalan" , hikmah sakit dan kesembuhan semakin memberikan kesadaran akan pentingnya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan selalu menjaga kesehatan.

Covid memang dahsyat, namun ALLAH SWT jauh lebih dahsyat!!!!


Dec 14, 2020

Tips Aman Traveling Saat Pandemik COVID 19

Praktis sejak Pebruari saat terakhir saya bepergian, baru 2 minggu lalu tepatnya tanggal 1 Desember, saya kembali traveling. Setengah dipaksa karena tugas perusahaan, toh akhirnya saya berangkat, bersama istri sekalian cuti sehingga sekalian saat nanti karantina sehabis perjalanan, tidak bolak-balik off dari kegiatan.

Bisa dikatakan perjalanan kali ini perjalanan uji nyali dengan extra effort yang tidak biasa. Bermula saat tgl 30 Nov. perjalanan ini dimulai dg Rapid test sebagai syarat perjalanan. Masa berlaku rapid test adalah 14 hari, otherwise anda tidak bisa naik transportasi umum jika tidak melakukan tes lagi baik rapid maupun swap dan dengan hasil negatif.

Semula kami akan naik Garuda dari Balikpapan, di tanggal 1 Desember, namun karena ada masalah dengan connecting flight dari Bontang, maka kami naik bis ke airport Samarinda untuk mengejar Citilink jam 15:00.

Sesampai di airport, anda harus siapkan keterangan rapid tes tentunya dg hasil non reaktif  dan harus divalidasi oleh pihak berwenang. Di saat check in juga demikian. Kelengkapan lain yg perlu disiapkan adalah download aplikasi EHAC, (sebaiknya di android, krn saat di ios agak masalah) untuk monitor kesehatan pendatang. Akan di cek saat tiba di tujuan. Satu aplikasi yg sangat membantu adalah Peduli Lindungi. Aplikasi ini untuk ngecek area yg sedang anda kunjungi masuk kategori merah, orange, kuning atau hijau bahkan hitam.

Sesampai di hotel juga agak ribet krn kebanyakan mereka juga menerapkan protokol Covid, paling tidak suhu tubuh akan dicek. Termasuk saat anda masuk mall, lagi-lagi suhu tubuh akan dicek. Kebetulan untuk bisa bertemu dg pejabat di Jakarta, saya harus rapid test lagi... hmmm bisa habis ini darah disedot terus..



Validasi di setiap airport, seperti cap imigrasi saat traveling keluar negeri..

Selama perjalanan saya menggunakan pesawat terbang 6x. Dari SMD-JKT, Bandung-Halim, Halim - Jogja, Jogja-SUB, SUB-BPN, BPN - BXT. Untuk transport darat saya selalu hindari menggunakan transport umum. Saya coba charter. Itupun selalu nyiapin masker baru untuk driver... demi kesehatan sendiri juga sih... Sesekali saya naik grab atau gocar. Bagusnya transport online juga menggunakan prosedur. Antara sopir dan penumpang sudah diberi sekat. Driver juga pskai masker.

Alhamdulillah meski perjalanan ini menentang bahaya, krn kebanyakan area yg saya datangi tiba-tiba berubah menjadi zone merah, namun ada satu hal yg membuat saya confidence. Bahwa setiap musibah, bencana,  insya Allah pada dasarnya bisa kita hindari dg precaution terukur. Dalam hal ini selalu mematuhi 3 M ; Masker, menncuci tangan dan menjaga jarak.

Saya harus beli masker yg paling baik kualitasnya demi hal tsb. Dan Alhamdulillah sesampai di Bontang, kami dinyatakan negatif baik rapid tes antibody maupun antigen.

Jadi, jika anda terpaksa bepergian dimasa pandemik seperti saat ini, jangan lupa selalu terapkan precaution terukur yaitu 3M, olah raga teratur agar imunitas terjaga, asupan gizi dan vitamin, termasuk menjaga kondisi kebugaran tubuh adalah hal yg sangat penting. Untuk hal terakhir (menjaga kebugaran), saya usahakan disetiap daerah selalu ada waktu istirahat minimal 1 hari 1 malam. Jika anda punya obat khusus jangan lupa dibawa, misalnya tolak angin, minyak kayu putih, inhaler dll. Dan terakhir, yg sangat penting adalah berdoa selalu memohon perlindungan NYA.

Selamat traveling, take care of youself very seriously!!!


Oct 24, 2020

Orang Baik Jadi Korban part 2

Repost tulisan sekitar 10 tahun lalu
------------
Saat menjadi guru muda di sebuah institusi di Jatim, sempat saya mendengar pak Direktur berkata, “Ketidakjujuran membuat segala sesuatu tidak nyaman dan mahal!”

Fokus saya waktu itu adalah pertanyaan, kenapa mahal? Dia melanjutkan bahwa dengan kita tidak jujur, maka akan didirikan otoritas pengawasan. Otoritas pengawasan tentunya akan perlu biaya. Dan biaya untuk operasi SEBUAH otoritas pengawas ternyata memang tidak murah. Apalagi jika, karena saking parahnya kondisi ketidakjujuran kita, harus dibuat lebih dari satu pengawas.

Ongkos ketidakjujuran yang kedua, yakni ketidaknyamanan, baru bisa saya hayati hari-hari belakangan ini. Hari-hari menghadapi tim audit (keuangan, bukan audit kinerja, performance) adalah hari-hari yang tidak nyaman, panjang, melelahkan dan menghabiskan waktu.

Padahal beberapa waktu lalu, saat baru masuk ke perusahaan, saya terkagum-kagum dan bangga akan banyaknya jalur audit, bisa-bisa kalau diitung sampai 2 – 3. Mulai dari audit internal, audit pemerintah sampai audit pemilik saham. Kenapa bangga? Karena sekilas kelihatan gagahnya jika sebuah sistim/unit harus dijaga oleh tim audit.

Namun pemahaman saya mulai terkikis. Saya sekarang semakin kuatir bahwa banyaknya tim audit, adalah gambaran betapa kita berada didalam lingkungan yang tidak bisa dipercaya, tidak berintegritas, tidak mature dan tidak jujur !!!!!!!!!!!!!!!
Dan hari-hari belakangan ini, saya pribadi mulai semakin bisa memaknai ucapan pak Direktur saya yang dulu bahwa ketidaknyamanan juga adalah "ongkos mahal" yang harus dibayar dari pengawasan yang bertujuan agar sistim dan uang tidak diselewengkan .
==============
Ironisnya, ketidaknyamanan itu harus dirasakan oleh semua, termasuk mereka-mereka yang jujur (bahkan ini yang sering ketiban beban), karena audit tidak akan mau tahu apakah anda jujur atau tidak. Yang penting jika waktunya ngaudit, semua akan dibuat tidak nyaman. Ironis, jika karena pelanggaran, kecurangan, ketidakjujuran hanya dilakukan oleh 1%-5% personnel, namun yang dibuat tidak nyaman harus seluruh pekerja. Ironis, jika biaya audit, semakin hari semakin naik, padahal sesungguhnya bisa kita gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, misalnya.

Berbicara lebih luas, skala Indonesia, saya mulai berpikir, betapa banyaknya ongkos/biaya yang bisa dihemat jika tidak ada KPK, BPKB, dan Badan-Badan audit lain….. Betapa bisa kita gunakan anggaran badan2 audit tersebut untuk membangun tangggul agar tidak banjir, memperbaiki sekolah agar tidak roboh, membina UMKM agar masyarakat mandiri….

Dan betapa nyamannya hidup jika hari-hari kita bisa dilalui hanya dengan fokus ke pekerjaan, tidak perlu menyiapkan berkas-berkas untuk auditor, tidak merasa dicurigai, dan lain-lain….

Namun saya lagi-lagi kuatir "impian" saya hanya tinggal impian.... tidak pernah menjadi nyata!!!!

Oct 16, 2020

4,5 Tahun Bersama IKIP Malang

 



Setelah sekitar 25 tahun lalu lulus dari IKIP Malang, saya selalu merasa beruntung sekali bisa menjalani sebagian dari usia saya di sana.


Kuliah dg modal pas-pasan, khususnya ekonomi (kalau otak dan tampang kayaknya masih diatas rata-rata😀), IKIP Malang bisa mentransformasi saya menjadi diri saya sekarang. Kepuasan menjadi saya sekarang mungkin relatif bagi orang lain, tapi saya tidak pernah menyesal menjadi diri seperti sekarang krn salah satunya dibentuk oleh IKIP Malang.


Disana saya mengenal perjuangan hidup. Disana saya diajari berpikir logis dan sesuai nalar. Disana saya belajar memahami orang. Disana saya melihat role model (Bpk/Ibu Dosen) yang luar biasa. IKIP Malang tidak hanya mengajari content mata kuliah, namun cara mengajar dan mendidik. Bapak/Ibu Dosen yang full capacity mencontohi saya menjadi pribadi yang humble dan berjiwa sosial.


Disana saya belajar menjadi Ketua HMJ, Ketua Senat, berdemokrasi termasuk mengenal politik dan memanage organisasi. Modal skill dan knowledge yg saya dapat di IKIP Malang semakin lengkap dengan adanya ketrampilan ekstra kurikuker yg difasilitasi secara lengkap di almamater ini.


Disana saya pertama kali mempunyai penghasilan, berbisnis dan bekajar bekerja. Disana saya bisa menghargai penghasilan sekecil apapun karena dihasilkan dengan perjuangan yang murni; mulai dari menerjemahkan, mengajar sehingga latihan bisnis lainnya. Disana pula saya belajar bahwa dalam bisnis dan hidup semakin banyak anda berbagi atau bermanfaat bagi orang lain, ternyata semakin banyak yang anda dapatkan.


Disana saya belajar berkeluarga. Krn disanalah saya bertemu jodoh saya. Bukan hal yang gampang namun penuh perjuangan dan romantika.


Selamat berulang tahun yang ke 66 IKIP Malang tercinta, tetap bermanfaat untuk putra-putri terbaik Bangsa. 


*maaf saya masih terbiasa dg IKIP Malang, bukan Universitas Negeri Malang😀


Sep 4, 2020

Siklus Kerusakan dan Pandemi COVID

Pagi tadi sambil nyiapin kopi sebelum berangkat kerja, saya sempatkan nonton serial kesukaan saya "Madam Secretary". 

Ceritanya tentang seorang environmentalist Rusia yg berniat pergi ke Amerika, namun saat di Siberia ybs terserang cacar yg unik. Saling curiga antara kedua negara krn disangka bahwa Rusia yang menyerang pembelot tersebut dg senjata kimia akhirnya menemukan titik terang. Bahwa cacar tersebut adalah virus kuno yg selama ini dormant karena ditahan oleh dinginnya es kutub. Saat pemanasan global semakin tak terkendali dimana es di artik mencair dg kecepatan dua kali lipat, maka virus tersebut muncul dan menjangkiti ybs saat meliput kebocoran minyak di Siberia.

Suatu kala, beberapa tahun lalu saya sempat mengalami peristiwa kemunculan ubur-ubur dalam jumlah sangat banyak yang muncul tiba-tiba sehingga mengganggu aktifitas di pesisir Bontang.

Sungai di kampung yg saat saya kecil merupakan tempat saya mencari ikan kuthuk, lele, gabus, dll sekarang keruh seakan tiada kehidupan.

Longsor, banjir bandang yg menimbun penduduk kala sedang nyenyak tidur sudah tidak jarang lagi kita temui.

Dan masih banyak lagi kerusakan-kerusakan yg pada asalnya merupakan dampak langsung maupun tidak langsung dari aktifitas spesies unggulan yaitu kita manusia.

Saya jadi berpikir, jangan-jangan pandemik COVID yang secara masif dan global menjangkiti kita, mungkin juga efek dari tingkah laku kita sendiri. Entah polusi yg sudah diluar toleransi sang mother nature, atau exploitasi sumber daya yang sudah melebihi ambang batas, sehingga alam mencari keseimbangannya sendiri.

.......Karena "tiada kerusakan yg terjadi dimuka bumi ini kecuali adalah hasil perbuatan atau impak dari kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia sendiri"!!!

Aug 29, 2020

Bersepeda (Catatan Goweser tentang Jenis Sepeda)

 

 Ket. foto: Jalur JPG

Setelah menjajal berbagai hobi olah raga, (yang terakhir bulu tangkis) sudah lebih dari dua tahun terakhir saya mencoba hobi atau olah raga baru. Sebenarnya hobi ini bukan jenis olah raga yang betul-betul baru bagi saya, karena sejak SD saya sudah sering melakukannya; yaitu bersepeda atau bahasa kerennya gowes. Bedanya dulu saya lakukan dengan tujuan untuk mendukung aktifitas wajib misalnya sekolah, atau membantu orang tua, tetapi sekarang setelah bekerja fungsi utamanya sebenarnya untuk olah raga. Lantas bisa mengenang masa kecil, adalah sebagian bonusnya ditambah dengan bisa bersosialisasi dg pesepeda lain karena kebetulan sekarang sedang trending.

 Ket. foto : hutan jalur pipa Bontang

Saya bukan pesepeda profesional (yang sampai ikut balapan), namun karena sejak kecil sudah menjadikan sepeda sebagai teman beraktifitas, dimulai saat belajar naik sepeda dengan sepeda jengki besar, kemudian SMP memakai sepeda mini, kemudian SMA (Sekitar 20 KM/hari/PP) dengan sepeda balap (roadbike) maka bisa dikatakan jika saya pantas ngomong tentang kegiatan ini (subject matter expert, hehehe).

Berdasarkan pengalaman, dibedakan dari harga sepedanya, kita akan mengenal tiga kelas sepeda. Kelas biasa, kelas menengah dan kelas atas. Kelas biasa supaya jelas mungkin saya patok dengan harga sepeda dibawah 10 juta, kelas menengah antara 10 - 25 juta dan kelas atas 25-unlimited price.

Terus terang saat ini saya dalam kapasitas sebagai pesepeda kelas biasa atau mungkin sedikit menengah meski dalam keseharian juga sering memakai sepeda kelas atas (pinjam, hehehehe).

Ket. foto: Jalur tanjakan cinta
 

Untuk lebih gampang dipahami oleh pembaca, kali ini saya membahas sepeda/gowes bukan dari sudut harganya, namun dari jenis sepeda yg digunakan sehari-hari berdasarkan pengalaman nyata saya. 

Jika dikombinasi antara jenis sepeda dengan fungsinya untuk olahraga maka paling tidak ada lima jenis sepeda yg biasanya digunakan oleh para goweser, yaitu:

1. Mountain bike / offroad bike. Sepeda jenis ini lebih sering digunakan untuk gowes di area yang tidak rata, area gunung, hutan, naik turun, dan kondisi off road lainnya. Sepeda jenis ini ditandai dengan adanya kelengkapan shock breaker depan dan belakang (istilahnya full suspension). Diperlukan ketrampilan pengendalian sepeda di area seperti ini selain diperlukan performance sepeda yg top agar kegiatan berjalan lancar. Dan yang jelas diperlukan stamina khusus bagi goweser yg hobi off road seperti ini.

Kelebihan bersepeda jenis ini, kita punya banyak kesempatan untuk menikmati pemandangan yang menyegarkan pikiran, dan pas menjadi tempat refleksi, selain tentunya pas sekali untuk membakar kalori serta melatih paru-paru kita agar tetap sehat..

Berikut beberapa moment saat penulis sedang offroad..


Ket. foto: background LNG Plant


 
Ket. foto: Tanjakan boleh tinggi, tapi pemandangannya luar biasa. Bukit ke-4 Jalur Pipa Area 9


 
Ket. foto: Jalur pipa Gas Bontang


Ket. foto : Jalur Colorado

 Ket. foto : Jalur SKG

Ket. foto : Jalur Mangrove (saat awal masih boleh masuk dg sepeda)



Ket. foto: Jalur becek.



Ket. foto: Jalur sawit

 

Ket. foto : Jalur Masdarling


 
Ket. foto: Jalur hutan Bontang
 
Ket. foto: Jalur nelayan
 
 
Ket. foto: Belakang pabrik

 

Ket. foto: Jalur Hidayatullah baru
 
 
 
Ket. foto: Jalur Colorado-JPG
 
 

Ket. foto: Enaknya rame-rame

 

2. On road Bike. Jenis sepeda ini lebih pas digunakan untuk jalan raya, jalan rata, naik turun ok tapi tidak ekstrem. Bisa sepeda balap, fixy, atau sepeda semi off road. Endurance adalah target olah raga ini.


 


Ket. gambar: jalur konkret loading dock Marina (gambar 1), jalur Bontang Kuala (gambar 2-4)

 

 
Ket. foto : Town Center
 

Ket. foto: Yang lebih seru lagi kalau lagi nite ride, bisa sambil nongkrong...
 

Ket. foto: Kota-kota Bogor

3. Sepeda Lipat (Seli). Sepeda jenis ini dikenal sebagai sepedanya orang kantoran, karena sifat praktisnya. Sepeda ini biasanya bisa dilipat, dimasukkan bagasi, dibawa ke ruang kantor dan didesain untuk jalan perkotaan.

Contohnya:








 

 
Ket. foto: Aman, krn masuk ruang kerja
 
Ket. foto: Bike to work

4. Sepeda Listrik (SELIS). Sepeda jenis ini muncul agak terakhir dunia sepeda. Setelah teknologi baterai semakin portabel dan tahan lama, maka penggemar sepeda jenis ini juga semakin tinggi. Diawal kemunculannya lebih didesain untuk daerah perkotaan, namun akhir-akhir ini juga sudah didevelop oleh merek-merek ternama sepeda listrik yg digunakan untuk offroad dengan dukungan full suspension. 

Didalam foto di bawah ini, goweser nomor 2 sedang memakai sepeda listrik yg bisa digunakan untuk offroad.

Goweser pemakai sepeda ini sangat terbantu dengan daya listrik yg dihasilkan oleh baterai, dan biasanya dikhususkan untuk mereka yg staminanya kurang mendukung tapi semangat gowesnya tetap membara. Meski para penghobi umum juga mulai melirik sepeda jenis ini. 

5. Sepeda Statis. Bagi goweser yg terkendala sehingga tidak bisa main sepeda keluar mungkin karena hujan atau cuaca yg kurang mendukung atau waktu yg sempit, kesempatan mencari keringat harus tetap didapat. Salah satu caranya adalah dengan bersepeda dirumah. Untung ada sepeda statis seperti di bawah ini. Prinsipnya hampir sama dengan bersepeda diluar, namun tentunya tidak ada pemandangan yang bisa dilihat..



Itulah guys lima jenis sepeda yang secara umum digunakan oleh goweser kita.  Sebelum mengakhiri tulisan, saya ingatkan agar selalu aman dalam bersepeda dengan cara selalu mematuhi aturan lalu lintas yang ada dan jangan lupa menggunakan pengaman bersepeda misalnya, helm, sepatu, baju dan celana khusus, lampu untuk nite riding serta apparel lainnya, tas sepeda, tempat minum dan kelengkapan lain-lain yg diperlukan.






 


Selamat Gowes, sehat selalu...!